UIN kita namanya apa?
Diskusi kita berakhir pada perlunya memberi nama pada sebuah lembaga pendidikan tinggi, idaman masyarakat muslim di Salatiga, yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, yang akan bermetamorfosa menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga. Konon, aturan itu akan segera terbit berbentuk Perpres.
Momen itu tentu sangat kita tunggu kehadirannya. Sambil kita menunggu, kok ada baiknya diisi dengan diskusi tentang nama, seperti yang sedang kita perbincangkan ini.
Dari diskusi sebelumnya, nampaknya kita semua sepakat bahwa UIN kita perlu diberi nama. Selain kepentingan adminstratif, bagi saya dan kita, nama itu adalah tanda, doa dan nubuat yang akan kita ciptakan sendiri.
Dari desas-desus, rasan-rasan, koman-komen yang saya tahu, nama yang dipilih adalah UIN Salatiga, merujuk pada letak geografis perguruan tinggi itu berada.
Bagi saya, pemilihan nama itu baik saja. Namun, kepentingannya mungkin untuk mempermudah menandai, di antara UIN yang lain. Bukan sebagai doa atau nubuat yang akan kita ciptakan sendiri. Iya, hanya itu saja.
Misalnya kita harus mencoba nama itu untuk doa, dan apalagi nubuat yang akan kita ciptakan sendiri, apalagi membuatnya menjadi sampai menjadi ‘ainul musamma, akan menjadi rancu lagi lucu.
Konon, kata Salatiga berasal dari “Salah” dan “Tiga”, atau berarti tiga kesalahan. Ada pula yang mengatakan berasal dari Salah tur Tego. Keduanya merujuk pada kisah penamaan dan ucapan dari Nyi Ageng Pandanaran kepada orang yang merampoknya, yang konon terjadi di Salatiga sekarang. Ada pula yang menyebut Salatiga berasal dari Selo Tigo, atau tiga batu, merujuk pada tiga batu yang ada di Prasasti Plumpungan, yang anehnya, secara administratif baru masuk wilayah Kota Salatiga di tahun 1993-an.
Sebenarnya, mengenai pilihan nama, sudah ada tulisan sebelumnya (tertulis Khasan Aminuddin) yang memberikan alternatif nama yang bagus-bagus dan layak untuk dijadikan pilihan.
Editor : Muhammad Andi Setiawan