Selain dag dig dug menunggu kapan harus berangkat, sejatinya mereka belum sepenuhnya tenang meski sudah mendarat di Saudi. Ini terjadi lantaran bisnis menggiurkan ini sering dimanfaatkan travel nakal. Operandinya, travel menawarkan dan menjanjikan berbagai fasilitas ‘wah’ saat di Saudi. Namun setelah uang didapat, mereka sebatas menebar janji kosong. Terlunta-lunta dan keleleran pun menjadi hal biasa dialami jamaah furoda di setiap musim haji.
Ini pula yang terjadi kemarin. Pagi-pagi hari saat bangun tidur, ada seorang teman KORAN SINDO melaporkan koleganya yang menjadi haji furoda tengah keleleran berjam-jam di Bandara Internasional King Abdul Azis, Jeddah. Tak seorang diri, koleganya itu berangkat bersama puluhan jamaah. Mereka jelas bingung karena tak kunjung ada travel atau pihak yang menjemputnya. Untuk meyakinkan mereka bagian jamaah, sang kolega turut mengirimkan foto yang berisi puluhan visa dan tiket pulang pergi maskapai.
KORAN SINDO pun segera membantu mengomunikasikan hal ini ke Kepala Seksi PIHK Daerah Kerja Bandara Zaenal Arifin. Setelah dicek dokumen jamaah, diduga kuat mereka menjadi korban visa palsu atau bodong. Deportasi ke Tanah Air pun menjadi mimpi buruk mereka. Ya, meski mereka sudah mengeluarkan uang ratusan juta, bukan berarti mendapat layanan bak raja. Sebaliknya, jamaah reguler yang ditangani Kemenag, setiba di bandara, mereka tak henti mendapat sambutan ramah dari ratusan petugas dan berbagai fasilitas nan memanjakan.
Editor : Muhammad Andi Setiawan