Dari sana, Arli dan Rahman berdiskusi tentang kehidupan rumah tangga mereka. Semula Arli berpikir Rahmah bahagia jika hidup dengan harta berlimpah, tapi pikiran Arli rupanya salah besar.
"Ketika bisa mencukupi istrinya membelikan mobil, dipikir sudah bertanggung jawab. Padahal enggak ada yang minta seperti itu. Saya enggak minta mobil, enggak minta rumah, saya minta tenang," ujar Rahmah.
Arli memohon maaf kepada sang istri dan mereka sepakat menjual semua asetnya. Pasutri ini juga memutuskan pindah ke lingkungan baru serta hidup lebih hemat.
"Dari situ kami mulai menerapkan prinsip hidup 'Innalillahi wa innailaihi rajiun'. Enggak ada pengin kaya, enggak ada pengin miskin, yang penting hidup Allah kasih apa," ungkap Arli.
Perlahan demi perlahan Arli mulai mencari cara untuk bangkit. Dia memulai semua dari bawah lagi lantaran sudah tidak memiliki aset berharga apa pun.
Hingga akhirnya Arli menemukan jalan menciptakan penghemat BBM yang terbuat dari minyak atsiri. Penghemat BBM itu sendiri ia dapatkan dari skripsi seorang mahasiswa.
Berbekal keyakinan yang kuat, Arli coba menghubungi penjual minyak atsiri untuk diajarkan cara membuatnya. Usai mampu membuat beberapa minyak atsiri untuk dijual sebagai penghemat BBM, Arli bersyukur bukan main.
Mulanya teman-teman Arli tidak ada yang percaya dengan khasiat penghemat BBM buatannya. Tapi Allah Subhanahu wa ta'ala selalu mempertemukan Arli dengan orang-orang yang rela membantu.
Editor : Muhammad Andi Setiawan