“Basis ini diharapkan dapat menjadi trade off kekuatan pemilih untuk melakukan antisipasi potensi penurunan dukungan dari kelompok pemilih muslim di pulau Sumatera, Jawa Barat, dan sejumlah provinsi lain dimana pada 2019 menjadi kantong-kantong pemilih muslim bagi Prabowo Subianto,” ungkapnya.
Selain itu, kata dia, Partai Gerindra sadar betul salah satu faktor kekalahan Prabowo Subianto pada pilpres sebelumnya karena minimnya dukungan di Jawa Timur.
“Karena itu, penguasaan Jawa Timur melalui perjodohan Prabowo Subianto dan Khofifah diharapkan bisa menjadi faktor penentu kemenangan tahun 2024 mendatang,” pungkasnya.
Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin senada dengan pendapat Fadli Zon mengenai cawapres yang cocok menjadi pendamping Prabowo di Pilpres 2024. Ujang mengaku sudah menyampaikan pendapatnya jauh sebelum Fadli Zon mengatakannya.
“Kalau kita bicara siapa sosok cawapres Prabowo yang tepat dan cocok ya meski dikalkulasi dengan matang,” kata Ujang Komarudin.
Jika berlatar belakang agamis, Ujang menilai tokoh dari kalangan NU atau Muhammadiyah bisa dipertimbangkan menjadi cawapres pendamping Prabowo. Namun, tokoh NU atau Muhammadiyah itu harus didukung partai politik (parpol) yang lain.
“Kalau NU misalkan ada Cak Imin, ada juga Khofifah yang memang bisa saja bersanding dengan Prabowo atau figur-figur lain,” imbuhnya.
Editor : Muhammad Andi Setiawan