KH Sholeh Darat merupakan sosok ulama yang memiliki andil besar dalam penyebaran Islam di Pantai Utara Jawa, khususnya di Semarang. Ayahnya yaitu KH Umar adalah ulama terkemuka yang dipercaya Pangeran Diponegoro dalam perang Jawa melawan Belanda di wilayah pesisir utara Jawa.
Setelah mendapat bekal ilmu agama dari ayahnya, Shaleh kecil mulai mengembara, belajar dari satu ulama ke ulama lain. Tercatat KH Syahid Waturaja (belajar kitab fiqih, seperti Fath al Qarib, Fath al Mu’in, Minhaj al Qawim, dan Syarb al Khatib).
Kiai Sholeh Darat menimba ilmu di pesantren-pesantren pada zamannya. Ia banyak berjumpa dengan kiai-kiai mashur yang dikenal memiliki kedalaman serta keluasan ilmu batin, dan kemudian menjadi gurunya.
Di antara nama kondang tersebut salah satunya adalah KH M Sahid yang merupakan cucu dari Syekh Ahmad Mutamakkin, seorang ulama asal Desa Kajen, Margoyoso, Pati, yang hidup di zaman Mataram Kartasura pada sekitar abad ke-18.
Dari syekhnya itulah ia belajar beberapa kitab fikih, seperti Fath al Qarib, Fath al Mu’in, Minhaj al Qawim dan, Syarh al Khatib. Terdapat catatan, dikarenakan kitab-kitab tersebut bukanlah kelas-kelas pengantar, maka mempelajarinya membutuhkan waktu relatif lama.
Safari perjalanan keilmuannya berlanjut kepada Kiai Raden Haji Muhammad Salih ibn Asnawi, di Kudus. Dari situ ia mengkaji Kitab Al-Jalalain al-Suyuti.
Di Semarang, Sholeh Darat mendalami nahwu dan sharaf dari Kiai Iskak Damaran, kemudian belajar ilmu falak dari Kiai Abu Abdillah Muhammad al-Hadi ibn Baquni.
Editor : Muhammad Andi Setiawan