get app
inews
Aa Read Next : Kisah Inspiratif Miyaningsih, Sekolahkan Anaknya Sampai jadi TNI Hanya dari Berjualan Gula Jawa

Sempat Tidak Boleh Masuk Kedokteran, Mahasiswa Disabilitas Lulus dengan Nilai Memuaskan

Senin, 23 Mei 2022 | 13:35 WIB
header img
Andre Wijaya, Mahasiswa disabilitas yang berhasil lulus dengan nilai memuaskan, (Foto : okezone)


Andre merupakan salah satu tenaga ahli psikologi olahraga yang memiliki sertifikasi KONI.

Ia merupakan satu dari dua penyandang disabilitas yang mendapatkan sertifikasi dari KONI tersebut.

Ke depan, ia berharap semakin banyak penyandang disabilitas yang bisa mendapatkan kesempatan mengenyam di pendidikan tinggi dan berkiprah di berbagai bidang.

Menurut dia, keterbatasan tidak menghalanginya untuk dapat menempuh pendidikan tinggi dan meraih cita-cita.

Ia juga berharap semakin banyak fasilitas layanan pendidikan yang ramah dengan disabilitas. Misalnya dengan memberikan rekaman bagi mahasiswa yang mengalami kendala dalam belajar.

Hal tersebut telah dilakukan oleh Universitas Tarumanagara.

"Saya juga berharap Indonesia yang ramah dengan disabilitas. Khususnya pada sektor pendidikan dan tidak yang tertinggal di belakang. Saya berharap ada aksi nyata dari pemerintah untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif," harap dia.

Selain itu juga masyarakat diharapkan juga dapat menerima para penyandang disabilitas untuk dapat berkiprah di berbagai bidang di Tanah Air.

Ketua Umum Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia, Gufroni Sakaril, mengatakan tingkat partisipasi sekolah penyandang disabilitas masih rendah.

Padahal tanpa pendidikan yang baik, maka penyandang disabilitas akan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat mandiri.

Data dari Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2018 menunjukkan, hanya 56 persen anak penyandang disabilitas yang lulus Sekolah Dasar, dan hampir 3 dari 10 anak dengan disabilitas tidak pernah mengenyam pendidikan.

Berdasarkan Statistik Pendidikan 2018, persentase penduduk usia lima tahun ke atas penyandang disabilitas yang masih sekolah hanya 5,48 persen. Penyandang disabilitas yang belum atau tidak pernah bersekolah sama sekali mencapai 23,91 persen. Sementara itu, penyandang disabilitas yang tidak bersekolah lagi sebesar 70,62 persen.

"Tentu ini menjadi perhatian bagi kita semua, karena tingkat partisipasi sekolah penyandang disabilitas yang rendah dapat menjadi persoalan bangsa di kemudian hari," kata Gufroni.

Menurut dia, banyak tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif bagi penyandang disabilitas.

Rektor Universitas Tarumanagara, Prof Agustinus Purna Irawan, mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menjalankan pendidikan yang inklusif. Komitmen tersebut diwujudkan dengan melakukan penerimaan mahasiswa disabilitas di berbagai program studi di kampus itu.

"Kami menyediakan fasilitas pendukung dan pendampingan untuk mempermudah mahasiswa disabilitas mengakses pembelajaran," kata Agustinus.

Saat ini di Universitas Tarumanagara terdapat setidaknya 50 mahasiswa disabilitas yang menempuh di berbagai program studi di kampus itu.

Hanya satu program studi yakni pendidikan kedokteran yang belum menerima mahasiswa penyandang disabilitas karena berdasarkan aturan dari Kemendikbudristek.

"Sejak awal penerimaan mahasiswa baru, kami selalu terbuka menyampaikan pada orang tua mahasiswa terkait kebutuhan dari mahasiswa. Dengan demikian, dapat membantu mahasiswa dalam menjalani perkuliahan di kampus ini," imbuh Agustinus.

 

Editor : Muhamad Andi Setiawan

Follow Berita iNews Salatiga di Google News Lihat Berita Lainnya
icon news update
Berita Terkini
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut