Minyak goreng tiba-tiba menjadi langka di berbagai daerah. Akibatnya harganya menjadi mahal. Sejumlah pasar dan ritel mengalami keterbatasan dan kesulitan untuk mendapatkan pasokan minyak goreng.
Kelangkaan ini disebabkan berbagai hal, termasuk adanya pembatasan dari pihak produsen terhadap agen, banyak pedagang yang enggan menjual karena takut merugi, atau adanya dugaan penimbunan orang-orang tertentu terhadap minyak goreng. Akibatnya stok yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Terlepas dari hal itu, minyak goreng telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, bahkan dunia sebagai bahan untuk mengolah masakan dan kebutuhan lainnya. Banyak orang terutama kaum ibu mengatakan, “memasak tanpa minyak goreng rasanya kurang sedap”.
Mereka sulit untuk meninggalkan ketergantungan menggunakan minyak goreng. Para pedagang pun cenderung banyak yang menggunakan minyak goreng dalam menjual dagangannya.
Lalu, bagaimana dengan tempe-tahu. Kelangkaan minyak goreng dipasaran berimbas pada mogoknya penjual tempe-tahu.
Meningkatnya harga tersebut menyebabkan mereka menghentikan produksinya untuk sementara waktu sampai harga benar-benar stabil. Bahkan beberapa produsen tetap jalan, namun mereka terpaksa mengurangi ukuran tempe-tahu. Kontinuitas produksi harus tetap berjalan agar tidak ditinggalkan pembeli. Selain itu, terlalu lama tidak produksi akan menghabiskan modal usaha mereka.
Editor : Muhammad Andi Setiawan