Minyak goreng tiba-tiba menjadi langka di berbagai daerah. Akibatnya harganya menjadi mahal. Sejumlah pasar dan ritel mengalami keterbatasan dan kesulitan untuk mendapatkan pasokan minyak goreng.
Kelangkaan ini disebabkan berbagai hal, termasuk adanya pembatasan dari pihak produsen terhadap agen, banyak pedagang yang enggan menjual karena takut merugi, atau adanya dugaan penimbunan orang-orang tertentu terhadap minyak goreng. Akibatnya stok yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Terlepas dari hal itu, minyak goreng telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, bahkan dunia sebagai bahan untuk mengolah masakan dan kebutuhan lainnya. Banyak orang terutama kaum ibu mengatakan, “memasak tanpa minyak goreng rasanya kurang sedap”.
Mereka sulit untuk meninggalkan ketergantungan menggunakan minyak goreng. Para pedagang pun cenderung banyak yang menggunakan minyak goreng dalam menjual dagangannya.
Lalu, bagaimana dengan tempe-tahu. Kelangkaan minyak goreng dipasaran berimbas pada mogoknya penjual tempe-tahu.
Meningkatnya harga tersebut menyebabkan mereka menghentikan produksinya untuk sementara waktu sampai harga benar-benar stabil. Bahkan beberapa produsen tetap jalan, namun mereka terpaksa mengurangi ukuran tempe-tahu. Kontinuitas produksi harus tetap berjalan agar tidak ditinggalkan pembeli. Selain itu, terlalu lama tidak produksi akan menghabiskan modal usaha mereka.
Selama ini produk olahan tempe-tahu sudah melekat di masyarakat Indonesia, baik mulai kaum bawah sampai kelas atas. Memang produk olahan ini tidak pernah memandang kasta, bahkan sering mejadi hidangan dikalangan istana negara. Para artis sepertinya juga sangat menikmati produk olahan ini. Mereka tanpa ragu menyantap produk olahan berbahan dasar tempe-tahu seperti tempe goreng, mendoan, tahu goreng, tahu isi, dan lain-lain. bila di tulis satu persatu mungkin sangat banyak.
Kandungan gizi dan protein tempe-tahu sendiri tidak kalah dengan daging. Hal ini yang menyebabkan produk tersebut banyak peminatnya, selain itu rasanya juga enak. Hal yang nomor satu, kenapa tempe-tahu selalu dikonsumsi oleh masyarakat. Hal itu tentu tidak terlepas karena harganya yang murah dan kemudahan untuk mendapatkannya.
Hampir semua masyarakat Indonesia mengkonsumsinya dan mengolahnya menjadi berbagai macam olahan makanan yang dapat dinikmati tanpa mengenal waktu siang, pagi, sore, maupun malam. Semua tetap terasa lezat dan hanganya tetap ekonomis. Masyarakat nampaknya sepakat bahwa tempe-tahu telah melekat dengan lidah orang Indonesia.
Saat ini minyak goreng menjadi penguasa di Indonesia. Harga melambung tinggi dan keberadaannya sedang mengalami kelangkaan. Eksistensi minyak goreng dipasaran banyak yang mempertanyakan keberadaannya. Mereka tiba-tiba menghilang dan langka. Bila pun dengan harga mahal, namun masyarakat sangat sulit untuk mendapatkannya. Begitu pula tempe-tahu keberadaannya mulai sulit dicari. Jikalau pun ada dengan harga yang sama, akan mendapatkan barang yang lebih kecil dari sebelum-sebelumnya.
Mengolah tempe-tahu menggunakan minyak goreng merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan seperti halnya bangsa Indonesia. Kebersamaan mereka tempe-tahu dan minyak goreng menjadi tidak terpisahkan sejak berabad-abad yang lalu bagi masyarakat Indonesia. Kontinuitas tempe-tahu harus dibarengi dengan eksistensi minyak goreng dipasaran tentunya.
Adanya kelangkaan minyak goreng menyangkut keutuhan bangsa. Apabila kondisi ini dibiarkan terus berlarut-larut, masyarakat akan lemah dan berimbas pada stabilitas bangsa. Kelangkaan minyak goreng menjadi masalah nasional. Hal ini membawa dampak bagi semua lapisan, terutama masyarakat kecil yang sangat merasakan imbasnya.
Oleh karena itu, pemerintah harus turun tangan untuk mengatasi hal ini. Mereka harus berkonsolidasi dan berupaya menstabilkan harga sekaligus menjamin bahwa eksistensi minyak goreng tetap ada dipasaran.
Minyak goreng semakin mahal, langka, dan sudah menjadi isu dunia.
Pada akhirnya perlu adanya kesadaran bersama antara pemerintah, masyarakat, dan pengusaha dalam mengatasi eksistensi minyak goreng dan kontinuitas tempe-tahu. Pemerintah harus memberikan kebijakan dan menciptakan stabilitas harga minyak goreng untuk pemenuhan kebutuhan rakyat.
Para pengusaha mendukung langkah pemerintah tersebut dan masyarakat juga ikut membantu dengan cara bersabar dan berhemat dalam penggunaan minyak goreng. Apabila kelangkaan dan harga minyak goreng dapat ditekan, pengusaha tempe-tahu dapat kembali menjalankan produksinya dan masyarakat antusias menyambutnya. Semuanya demi keutuhan bangsa ini.
Oleh : Marwanto, M.Pd
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan FTIK
Editor : Muhammad Andi Setiawan