Mendengar nama Adisutjipto tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita bukan?, kata tersebut banyak dijadikan nama-nama jalan di berbagai wilayah Indonesia bahkan dijadikan nama sebuah pangkalan udara di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lantas siapakah sebenarnya Adisutjipto ini ? Tentu banyak yang tidak mengetahui bahwa Adisujipto adalah seorang pahlawan nasional yang berasal dari Kota Salatiga.
Dikutip dar buku “Salatiga dan Orang-Orang Ternama” yang disusun oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga, dijelaskan bahwa adisutjipto dilahirkan di Kota Salatiga pada tanggal 4 juli 1916. Orang tua Adisutjipto merupakan orang-orang yang berpengaruh pada masanya , Ayahnya bernama Roewidadarmo seorang pensiun pemilik sekolah, serta kakeknya merupakan pengikut setia dari Pangeran Diponegoro.
Adisutjipto merupakan sosok yang cerdas dan terampil, hal ini didasari karena hobby dari Adisutjipto sejak kecil adalah membaca buku dalam berbagai kategori, sehingga dia mempunyai pengetahuan yang luas serta cara berpikir yang baik.
Tertarik menjadi seorang penerbang, Adisutjipto mencoba mendaftar Sekolah Penerbangan Militer di Kalijati tahun 1937. Hasil yang didapatkan Adisutjipto cukup baik, dia dapat lulus dan diterima di sekolah tersebut.
Alih-alih meneruskan pembelajaran disekolah penerbangan tersebut, Adisutjipto justru meneruskan studinya di sekolah kedokteran Genneskundige Hooge School (Sekolah Tinggi Kedokteran). Hal tersebut bukan karena alasan, sang ayah tidak merestui Adisutjipto menjadi seorang penerbang. Roewidadarmo berkeinginan menjadikan Adisutjipto menjadi seorang dokter.
Namun keinginan Adisutjipto untuk menjadi seorang penerbang tidaklah pupus, dia mencari akal untuk membujuk ayahnya agar mengijinkannya masuk sekolah penerbangan. Adisutjipto menuliskan surat kepada Resident Semarang serta Assistant Resident di Salatiga agar mengupayakan perijinan kepada ayahnya untuk belajar di sekolah penerbangan. Cara tersebut ternyata berhasil, melalui surat yang dikirim ke Roewidadarmo Adisutjipto memperoleh restu dan perijinan untuk belajar penerbangan.
Adisutjipto pun mencoba untuk kembali mendaftar di sekolah penerbangan, seperti kesempatan pertama, pendaftaran kedua ini pun Adisutjipto berhasil lulus seleksi dan diterima kembali. Karena karakternya yang cerdas dan terampil Adisutjipto dapat menyelesaikan studinya dengan hasil yang memuaskan hanya dalam waktu dua tahun saja.
Setelah kelulusannya tahun 1939, Adisutjipto ditempatkan dalam skwadron pengintai dan diangkat Ajudan Pejabat Angkatan Udara KNIL Jawa Kapitein (kolonel) Clason. Tak ayal hampir semua rekannya adalah orang-orang Belanda, karena penempata tersebut Adisutjipto berpindah tempat tinggal dari Salatiga ke Yogyakarta.
Adisutjipto juga pernah bekerja di perusahaan bus ESTO, hal tersebut terjadi Ketika Jepang masuk ke Indonesia dan angkatan udara Belanda di bubarkan .
Setelah kemerdekaan Bangsa Indonesia diraih, berbekal ilmu dan pengalamannya Adisutjipto berdedikasi untuk membangun kekuatan udara Indonesia Bersama Soeryadarma. Hasilnya Adisutjipto menjadi tokoh Indonesia pertama yang menerbangkan pesawat berlambang merah-putih pada tanggal 27 oktober 1945 di Pangkalan Udara Maguwo.
Tidak berhenti disitu saja, prestasi dari Adisutjipto masih terus berlanjut, awal Desember tahun 1945 Adisutjipto berhasil mendirikan sekolah penerbangan pertama di Indonesia yang bertempat di Kalijati.
Namun sang putera terbaik bangsa itu gugur dalam perjalanannya membawa bantuan obat-obatan Palang Merah Internasional dari India. Pesawat yang dikemudikan oleh Adisutjipto tersebut mendapat pengejaran oleh pesawat pemburu milik Belanda di wilayah Prambanan,karena mendapat serangan berondongan peluru pesawat milik Adisutjipto terhempas ke tanah dan meledak. Dalam serangan tersebut diketahui hanya seorang yang berhasil selamat dan penumpang lainnya meninggal dunia termasuk Adisutjipto.
Adisutjipto gugur sebagai pahlawan dirgantara meninggalkan istri dan seorang anak. Karena jasanya yang sangat banyak dan luar biasa untuk bangsa, pangkat terakhir Adisutjipto yang semula komodor dinaikan setingkat Laksamana Muda TNI Anumerta.
Hari wafatnya pun diperingati sebagai Hari Bakti TNI-AU yaitu tanggal 29 juli 1947. Selain itu untuk mengabadikan namanya, Pangkalan Maguwo Yogyakarta diganti menjadi Pangkalan Udara Adisutjipto.
Itulah kisah singkat pahlawan penerbangan Indonesia yang lahir dan tumbuh di Kota Salatiga, sampai sekarang nama tersebut masih digunakan sebagai nama jalan di Salatiga sebagai upaya untuk mengenang kehebatan dan dedikasi dari Adisutjipto.
Oleh : Muhamad Andi Setiawan
Jurnalis
Editor : Muhammad Andi Setiawan