get app
inews
Aa Read Next : Warga Salatiga Dikagetkan dengan Terbakarnya Pohon Beringin Berusia Ratusan Tahun yang Tiba-tiba

Cerita Hangat Bersama Prof. Miftah: Ilmu sebagai Jembatan menuju Kemajuan Peradaban dan Kemanusiaan

Selasa, 12 Desember 2023 | 14:51 WIB
header img
Prof. Dr. H. Miftahuddin, M.Ag, (Foto : Ist)

SALATIGA,iNewsSalatiga.id - Pagi ini, Tim iNews Salatiga berkesempatan untuk duduk berbincang bersama dengan Prof. Dr. H. Miftahuddin, M.Ag., sosok yang baru-baru ini diangkat  sebagai Guru Besar dalam bidang studi Islam, melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas. Di temani segelas kopi dan kicau suara burung, Prof. Miftah, sapaan akrabnya, mulai berbagai kisah perjalanan hidupnya.

Prof. Miftah melihat matahari pertama kali di Desa Karangtengah, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang pada tahun 1970. Terlahir dari pasangan H. Ahmad Ismun dan Hj. Khaeriyah, guru ngaji di Desa tersebut. Perjalanan pendidikannya dimulai di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

Rasa dahaga terhadap ilmu, mendorongnya untuk terus menapaki tangga keilmuan, yaitu dengan melanjutkan jenjang pendidikan Magister dalam bidang Pemikiran Pendidikan Islam pada tahun 2000, dan mencapai puncaknya dengan meraih gelar Doktor bidang Islamic Studies pada tahun 2014 di almamater yang sama. Bagi Prof. Miftah, ilmu merupakan jembatan menuju kemajuan peradaban dan kemanusiaan, hal inilah yang mendorongnya untuk terus belajar dan menjadi pembelajar.

Selain menempuh pendidikan formal, Prof. Miftah juga pernah mengenyam pendidikan di Pondok  Pesantren Arribatunnajah dan Pondok Pesantren Edi Mancoro, Gedangan, Kabupaten Semarang, sebuah tempat dimana Beliau mendalami nilai-nilai keislaman moderat yang menjadi pondasi kuat dalam hidupnya.

Selama di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Prof. Miftah merupakan salah seorang santri kinasih dari KH. Mahfud Ridwan. Seorang Kyai sekaligus sahabat karib Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid) dan Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) yang pernah bersama-sama menimba ilmu di Baghdad, Iraq. Dari sini kita dapat memahami bahwa Prof. Miftah bukan hanya seorang pembelajar di lingkungan kampus, tetapi juga santri tulen.

Di UIN Salatiga (dahulu STAIN-IAIN Salatiga), Prof. Miftah tak hanya menjadi peneliti dan pengajar, tetapi juga pernah mengemban berbagai jabatan, seperti Kepala Program Studi Diploma II (D II), Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Wakil Ketua III, Wakil Ketua II, serta sebagai pembina lembaga kemahasiswaan.

Selain itu, Prof. Miftah juga merupakan sebagai penulis yang produktif. Karya-karya ilmiahnya terhampar dalam berbagai bentuk, mulai dari buku, opini di surat kabar, hingga artikel di jurnal bereputasi internasional dan nasional dengan berbagai tema, seperti Antologi Pendidikan Islam; Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam: Teoretis dan Praktis; Religious Psychosocial Healing for the Trauma of the Children of the Terrorists; Nonmarital Sex Rituals on Mount Kemukus (Study of Legal Culture and Islamic Law Perspective; Islamization of Science or Scientification of Islam?. Bridging the Dichotomy of Science; Integrating Sex Education in Fiqh and Natural Science Subjects at Madrasah Ibtidaiyah; Communication Design of Ma’had Al-Jami’ah in Preventing Radicalism in IAIN Salatiga; Declaring Tafseer for Humanity: Tafseer Methodology of Hassan Hanafi; dan masih banyak lagi.

Tulisan-tulisan tersebut lahir atas kesadaran bahwa dalam suatu masyarakat yang dinamis, segala hal dapat berubah begitu cepat. Perubahan tersebut bukan hanya pada produk kebudayan dan pemikiran, melainkan juga pada nilai-nilai yang terus bergerak. Oleh sebab itu, tulisan-tulisan tersebut merupakan cerminan dari kepekaan Prof. Miftah terhadap isu-isu kontemporer sekaligus jihad intelektual untuk menjawab tantangan zaman.

Selain sebagai penulis yang produktif, Prof. Miftah juga merupakan editor buku,  diantaranya buku Gerakan Islam Transnasional di Perguruan Tinggi; dan Memihak Pesantren: Formulasi Usulan Raperda Pesantren Pasca UU No. 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren, yang diterbitkan oleh The Mahfud Ridwan Institute. Serta seorang reviewer jurnal, diantaranya Journal of Research in Islamic Education dari Program Pascasarjana IAIMNU Metro Lampung; dan Jurnal Nidhomul Haq: Jurnal Managemen Pendidikan Islam dari Institut KH Abdul Halim Mojokerto.

Lebih lanjut, Prof. Miftah juga akif terlibat dalam berbagai konferensi ilmiah, seminar, lokakarya, ataupun simposium, seperti International Seminar on Islamic Movement in Melbourne University; Group Advance Research : Religious Practise Among Muslims Communities in China; Visiting Montana State University for the U.S. Arabic Distance Learning Network (USADLN) Program; dan Research: The Role of UIN’s Alumni in Implementing Moderation in Madrasa Mulnithi Azizstan, Pattani, Thailand.

Namun, dedikasinya tak hanya terbatas pada lingkungan kampus dan dunia akademik. Sebab, Prof. Miftah juga aktif di berbagai organisasi masyarakat, seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Salatiga dengan jabatan sebagai wakil sekretaris, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Salatiga dengan jabatan sebagai Sekretaris Umum, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Salatiga dengan jabatan sebagai Wakil Ketua, dan Dewan Pendidikan Kota Salatiga sebagai Ketua. Selain itu, Beliau juga mendedikasikan ilmunya bagi kemajuan umat dan masyarakat, yaitu dengan menjadi Khatib di Masjid Agung Darul Amal Salatiga, Khatib di Masjid Jami’ Al-‘Atiq Kauman Salatiga, Pengasuh Pesantren Darul Hadlanah NU Salatiga, serta pengasuh beberapa majlis ta’lim.

Atas hal-hal yang telah dilakukanya tersebut, maka tidak heran jika Prof. Miftah dua kali mendapatkan Penghargaan Satya Lencana Karya dari Presiden Republik Indonesia, yaitu pada tahun 2009 dan tahun 2019. Pengharagaan ini merupakan  tanda kehormatan yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia kepada para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah menunjukan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan serta prestasi kerja dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.

Tak terasa kopi yang ada di hadapan kami tinggal menyisakan ampas, pertanda bahwa obrolan kami bersama Prof. Miftah telah cukup panjang, namun sebetulnya masih terasa kurang. Banyak kesan yang kami dapat dari obrolan tersebut. Tetapi yang paling berkesan adalah bahwa Prof. Miftah bukan hanya seorang cendekiawan, melainkan juga sosok yang bersahaja, santun, bijaksana, empatik dan seorang pencerita yang komunikatif dan kadang mengundang tawa. Karakter yang memperlihatkan bahwa keberhasilan bisa dicapai tanpa kehilangan kehangatan manusiawi.

 Akahirul kalam, dari cerita perjalanan hidup Prof. Miftah, kita mendapat banyak pelajaran, terutama tentang aktualisasi dari konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi. Di mana pendidikan digunakanya untuk meningkatkan potensi insani. Penelitian digunakanya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baru, termasuk menjembatani ilmu pengetahuan agar berdaya guna. Dan, pengabdian masyarakat merupakan muara dari segala pencapaian akademiknya, yaitu memastikan ilmu pengetahuan berdampak bagi kemajuan peradaban dan kemanusiaan.

Editor : Muhamad Andi Setiawan

Follow Berita iNews Salatiga di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut