SALATIGA,iNews.id - Masyarakat Salatiga dikenal dengan toleransinya yang tinggi dan menjadi percontohan bagi kota-kota yang lain. Jika kita berkunjung di Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga ada satu bangunan unik yang menjadi wujud toleransi masyarakat Salatiga, yaitu klenteng, tempat ibadah penganut agama Konghucu.
Gapura besar berkelir merah dipadu kuning cerah yang ada di pinggir Jalan Abiyoso pun menguatkan asumsi itu. Namun siapa sangka, ketika dilihat lebih dekat, bangunan dengan ornamen Tionghoa yang didominasi warna merah dan dihiasi lampu lampion tersebut merupakan masjid, tempat ibadah umat Islam. Masjid bernuansa klenteng ini bernama Majelis Taklim Hidayatullah, tapi masyakat Salatiga lebih mengenal dengan sebutan Masjid Klenteng.
Dituturkan oleh Cholid Mawardi sebagai pengelola Masjid Klenteng Salatiga, bahwa masjid ini didirikan oleh seorang mualaf warga Tionghoa bernama Yusuf Hidayatullah pada 2005 silam.
Yusuf merupakan pengusaha makanan khas Salatiga, yakni enting-enting gepuk. Yusuf membangun masjid tersebut sepulang dia beribadah di Tanah Suci Mekkah dan Madinah. Yusuf sengaja membangun masjid dengan ornamen khas Tionghoa karena dia ingin memeluk agama Islam tanpa meninggalkan budaya nenek moyangnya.
Setelah Yusuf Abdullah wafat, kakak Cholid, yakni Agus Ahmad membeli tanah serta bangunan ini. “Akhirnya kita akuisisi atau kita beli dua tahun yang lalu yakni 2020. Jadi kita hanya meneruskan yang sudah ada. Bangunan Masjid Klenteng ini kita wakafkan tapi yang lainnya tidak,” ujarnya.
Pengelola masjid pun menuturkan, tidak akan mengubah bangunan ini, tapi jika ada yang sudah jelek atau rusak akan direnovasi karena memang bentuknya yang unik serta akulturasi budaya yang sesuai dengan ciri khas Kota Salatiga. Pengelola masjid lantas menambah sejumlah fasilitas di Masjid Klenteng ini seperti aula.
“Kami menambah fasilitas seperti Aula H Zaenal Abidin tetapi tetap dengan corak serta dekorasi khas Tionghoa,” ucapnya.
Selain tempat ibadah, di masjid ini juga terdapat Pondok Pesantren Enterpreneur. Tujuan pendirian pondok ini agar Masjid Klenteng kian semarak. Saat ini, ada sekitar 35 santri yang mondok.
Editor : Muhammad Andi Setiawan