Logo Network
Network

Dilema PR dalam Pendidikan Kita

Tim iNews.id
.
Kamis, 22 September 2022 | 19:00 WIB
Dilema PR dalam Pendidikan Kita
Muchammad Tholchah, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), (Foto : Dok)

Ketiga, perbandingan jumlah guru dan peserta didik yang tidak ideal. Idealnya, guru mengetahui secara detail sejauh mana tingkat pemahaman seluruh peserta didik terhadap mata pelajaran yang diampunya. Evaluasi pembelajaran model K-13 dianggap lebih baik karena bersifat deskripstif dan naratif sehingga benar-benar mencerminkan kemampuan dan penguasaan peserta didik terhadap suatu mata pelajaran.

Tantangannya, model evaluasi ini menjadi pekerjaan yang tidak mudah bagi guru ketika peserta didiknya banyak dan guru tidak mampu mengenali satu per satu peserta didiknya. PR menjadi salah satu alat bagi guru untuk mengidentifikasi sejauh mana peserta didik menunjukkan tingkat pemahamannya terhadap suatu pokok bahasan.

Dengan mempertimbangkan hal di atas, tampak jelas bahwa PR hanyalah implikasi turunan dari aspek-aspek lain dalam pendidikan kita. Sehingga, penghapusan PR tidak akan menjadi sebuah upaya yang solutif dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan selama hal-hal yang terkait tidak ditinjau ulang.

 Kita juga tidak dapat dengan serta merta membandingkan situasi pendidikan kita dengan negara lain. Di negara tertentu, misalnya Finlandia, dengan jam belajar yang lebih singkat, jumlah pelajaran yang lebih sedikit, serta tanpa adanya PR, ternyata hasil belajar peserta didiknya (dengan indikasi hasil PISA) lebih baik dibanding negara lain.

Menimbang implikasi penghapusan PR

Penghapusan PR dari pendidikan kita akan memberikan manfaat sekaligus dampak yang cukup signifikan baik bagi guru maupun peserta didik. Salah satu dampak PR, bagi peserta didik adalah berpengaruh terhadap meningkatnya depresi (Hallam, 2004). PR juga mengurangi waktu bersama keluarga bagi peserta didik (Benneth & Kalish, 2006).

Selain itu, guru juga tidak perlu mengalokasikan waktu tersendiri untuk mengoreksi hasil pekerjaan peserta didik. Jadi, ketika PR dihapuskan, maka tingkat depresi peserta didik berkurang, memiliki waktu yang lebih banyak untuk keluarga, serta guru memiliki waktu yang lebih untuk melakukan hal lain yang lebih bermanfaat bagi pembelajaran.

Namun, dampak yang ditimbulkan dengan penghapusan PR bisa jadi cukup serius, salah satunya adalah hilangnya manfaat yang diperoleh dengan adanya PR. Dalam kajian literatur, beberapa ahli berpendapat bahwa PR memberikan manfaat yang besar bagi peserta didik. Paschal, Weinstein, & Walberg (1984), Cooper & Valentine, 2001), Cooper (1989), Hallam (2004) Cooper, Robinson, and Patall (2006) menemukan bahwa PR meningkatkan hasil belajar peserta didik secara signifikan terutama di lembaga pendidikan jenjang menengah.

Follow Berita iNews Salatiga di Google News

Halaman : 1 2 3 4 5
Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update