"Saya waktu itu dapat tawaran masuk sebuah agama. Saya ikuti aja, saya masuk ke rumah ibadah. Terus saya mikir kan, kok Tuhannya ada tiga. Analoginya gini, ada sebuah perusahaan, dipimpin sama tiga orang, terus misal orang A pabriknya diminta buat kayak santai, yang kedua formal, yang ketiga begini, nanti berantem dong. Gimana kalau gitu?" tuturnya.
"Saya enggak akan pernah berhenti nanya. Kecuali ada orang yang bisa memberi jawaban yang benar-benar memuaskan saya. Sampai saya pindah-pindah agama," sambungnya.
Sampai suatu hari, dia bertemu salah satu guru di sekolahnya yang seorang Muslim dan kemudian coba meyakinkannya bahwa Tuhan itu ada. Melalui analogi sederhana yang dijelaskan gurunya itu, Galuh pun mulai tertarik dengan agama Islam.
"Akhirnya guru saya bilang, Tuhan itu ada di hatimu. Terus dia bilang, saya dari Surabaya ke sini terbang, saya tanya lho mana bisa. Akhirnya dia bilang, sama seperti dunia ini yang enggak akan pernah ada kalau enggak ada yang menciptakan," paparnya.
Editor : Muhammad Andi Setiawan