SANAA,iNews.id - Perang Rusia dan Ukraina yang tak kunjung selesai semakin membuat harga kebutuhan pokok terus naik, disisi bumi yang lain banyak orang yang tidak bisa mendapatkan pasokan makanan untuk penuhi kebutuhan hidupnya. Ghalib al-Najjar tidak tahu dari mana keluarganya akan mendapat pasokan makanan berikutnya. Ia, sang istri dan ketujuh anaknya terancam kelaparan di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok dan kurangnya bantuan kemanusiaan. Pria berusia 48 tahun itu adalah satu dari 4,2 juta lebih pengungsi yang terlunta-lunta akibat perang di Yaman.
Ia dan keluarganya tinggal di kamp Dharwan di pinggiran ibu kota Yaman, Sanaa, yang dikuasai pemberontak, setelah mereka melarikan diri dari pertempuran di daerah tempat tinggal mereka di kota Attan, yang merupakan kawasan kelas menengah, empat tahun lalu.
“Anda menanyakan berapa kali kami makan? Seperti Anda bisa lihat, pada pagi hari sebagian dari kami berpuasa dan saya berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan, jika tersedia bagi yang lain. Seperti inilah adanya, kami hidup layaknya semut di tanah atau ikan di laut. Kami memakan apa saja yang kami temukan di hadapan kami,” tuturnya.
Perang di Ukraina akan berdampak parah terhadap pasokan bantuan kemanusiaan bagi anak-anak di Yaman, kata perwakilan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) untuk Yaman, Philippe Duamelle.
“Tentu saja situasi yang amat buruk di Ukraina akan berdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kemampuan kami membantu anak-anak di Yaman seiring naiknya harga gandum dan bensin di pasaran dengan cepat, pasti akan ada dampak,” ujar Duamelle.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait