(Apa) Arti Sebuah Nama : Menamai UIN yang Ada di Kota Salatiga

Tim iNews.id
Anggota masyarakat Kota Salatiga, Muhamad Fahrudin Yusuf, ( Foto/Dok)

Bu Pun Su (tak bernama) adalah seorang pendekar silat tanpa tanding yang berasal dari daratan Tiongkok. Jagoan bernama kecil Lu Kwan Cu itu pada mulanya hanyalah seorang anak yatim piatu yang ditemukan di salah satu perairan Laut Cina oleh salah satu datuk di dunia persilatan bernama Ang Bin Sinkai (Pengemis Sakti Muka Merah). Si Pengemis sakti melihat bakat silat pada susunan tulang si anak. Ia mengasuh dan merawatnya sampai dewasa dan menjadikannya pemuda sakti yang susah dicari tandingannya di masa itu.

Dalam pengembaraannya di dunia persilatan, Lu Kwan Cu menemukan kitab rahasia persilatan di sebuah pulau kosong, kitab rahasia itulah yang membuatnya mampu menguasai berbagai macam aliran ilmu silat dan rahasianya dengan sempurna. Mulai aliran Siaw lim (Sholin), Bu Tong (Wu Tang), Kun lun, dan semua aliran lainya dapat ia kuasai rahasianya.

Tiada musuh seberapapun saktinya yang tidak bisa ia kalahkan. Hingga suatu hari dia bertemu dengan seorang menteri bijak di jaman sebuah dinasti di Tiongkok bernama Lu Pin, yang di kemudian hari, diketahui sebagai pamannya sendiri.

Paman menteri inilah yang kemudian memberinya julukan Bu Pun Su (tak bernama) agar si Pendekar tidak silau dengan nama, julukan, gelar dan stempel artifisial lainnya.

Kisah fiksi di atas merupakan penggalan singkat dari berpuluh-puluh jilid cerita silat gubahan Asmaran Soekowati Kho Ping Ho, atau lebih dikenal dengan nama belakangnya saja berjudul Pendekar Sakti.

Kisah itu juga memberi pelajaran bahwa semakin seseorang berada pada kemampuan paripurna, semakin dia tidak membutuhkan nama untuk dikenal dan sebutkan. Meski pada akhirnya si pendekar tetap saja terkenal dengan julukan Bu Pun Su.

Pertanyaanya, apakah nama itu penting, kapan dan di mana nama itu penting?

Kata orang-orang, nama hanyalah simbol, tetenger, tanda dan ujaran serupa yang akrab kita dengar. Bila nama adalah simbol, nama hanya lah tanda yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan yang dinamai. Bila itu tetenger, dia hanya berfungsi untuk membedakan bentuk dan jenis manusia, dengan sesamanya. Bila itu lainnya, maka fungsinya tidak lebih dari dua fungsi di muka.

Pada akhirnya adagium “apa arti sebuah nama”, menemukan kebenarannya juga. Namun apakah hanya segitu saja, untuk memutuskan bahwa nama menjadi tidak penting?

Editor : Muhammad Andi Setiawan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network