Diceritakan juga bahwa pada suatu malam Abu al-Aswad ad-Du'ali sedang berada di loteng rumahnya bersama anak perempuannya, sang anak mendongakkan wajahnya memandang langit dan merasa kagum akan keindahan bintang-bintang di malam itu lalu berkata:
مَا أَجْمَلُ السَّمَاءِ
(mā ajmalu as-samā`i)
dengan membaca dhommah lam pada lafadz "ajmal" dan membaca kasrah hamzah pada lafadz "as-samā`".
Mendengar itu, Abu al-Aswad menyangka bahwa anaknya sedang bertanya, karena jika disampaikan dengan ucapan demikian, maksudnya adalah bertanya: "apa yang paling indah di langit?".
'Mā' (ما) di sini adalah kata tanya atau 'istifhām' sebagai 'khabar muqaddam'. Kata 'ajmalu' (أجمل) yang dibaca dhammah adalah bentuk 'isim tafdhil' dibaca rafa' sebagai 'mubtada` muakhhar' sekaligus menjadi 'mudhaf'. Sedangkan kata as-samā`i (السماء) yang dibaca kasrah menjadi mudhaf ilaih yang dibaca jar.
Karena mengira ditanya oleh anaknya, Abu al-Aswad-pun menjawab:
نُجُوْمُهَا يَا بُنَيَّة
"Bintang-bintangnya wahai anakku".
Namun sang anak menyanggah dengan mengatakan:
لَمْ أَسْأَلْ وَإِنَّمَا تَعَجَّبْتُ.
(Lam as`al, wainnamā ta'ajjabtu)
"Aku tidak sedang bertanya, aku hanya ingin mengungkapkan kekagumanku."
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait