Seharusnya huruf 'lam' pada potongan ayat tersebut memang dibaca dhammah sebagaimana berikut:
(أَنَّ اللهَ بَرِىءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُوْلُهُ)
Artinya:
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik.”
Pada kesempatan lain, Abu al-Aswad ad-Du'ali mendengar seseorang melantunkan QS. Fathir Ayat 28:
إِنَّمَا يَخْشَى اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Dengan membaca dhommah lafadz "Allah" yang menjadikan artinya: "di antara hamba-hamba-Nya, Allah hanya takut pada ulama". Dengan dibaca seperti itu, Allah menjadi subyek dengan predikat atau mata kerja takut dan para ulama sebagai obyeknya. Tentu saja hal ini tidak benar karena Allah tidak memiliki sifat takut pada siapapun.
Seharusnya lafadz Allah pada potongan ayat itu dibaca fathah, sehingga Allah yang menjadi obyek, dan para ulama sebagai obyeknya:
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Artinya:
"Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama".
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait