get app
inews
Aa Text
Read Next : Pertemuan Zelensky-Jokowi: Indonesia Diharap Damaikan Ukraina-Rusia

Kyiv Ukraina Hancur, Menlu Dmytro Ungkit Tragedi Nazi Kembali Terulang

Jum'at, 25 Februari 2022 | 14:58 WIB
header img
Gedung hancur di Kyiv, Ukraina. (Foto: Reuters)

KYIV,iNews.id - Langit di Kyiv, Ukraina bergemuruh dengan suara sirene setelah Rusia menginvasi militer negara tersebut. Suara sirene itu mengingatkan kembali pada tragedi memilukan Nazi 1941.

Rusia telah melakukan sejumlah serangan secara masiv. Dilaporkan BBC, Jumat (25/2/2022), iring-iringan pasukan dan tank telah memasuki Ukraina dari semua penjuru. Salah satu konvoi bahkan melintasi Belarus di utara, mengarah ke Ibu Kota Ukraina, Kiev.

"Serangan roket Rusia yang mengerikan di Kyiv. Terakhir kali ibu kota kita mengalami hal seperti ini pada tahun 1941 ketika diserang oleh Nazi Jerman," ujar Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, seperti dikutip Reuters, Jumat (25/2/2022).

Foto Reuters

Seperti diketahui, Rudal menghantam ibu kota Ukraina pada Jumat ketika pasukan Rusia mendesak kemajuan mereka dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memohon kepada masyarakat internasional untuk berbuat lebih banyak, dengan mengatakan sanksi yang diumumkan sejauh ini tidak cukup.

Sirene serangan udara meraung di atas Kyiv di tengah laporan yang belum dikonfirmasi bahwa sebuah pesawat Rusia telah ditembak jatuh dan menabrak sebuah gedung sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi yang mengejutkan dunia.

Perang antara Rusia dan Ukraina baru saja dimulai Kamis (24/2/2022) kemarin. Perang ini terjadi setelah ketegangan yang kian meningkat selama berbulan-bulan antara kedua negara.

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (21/2/2022) mengakui pembentukan dua negara di wilayah separatis Ukraina timur. Lalu apa latar belakang konflik di Ukraina yang kini meluas menjadi eskalasi Barat-Rusia ini?

Dikutip DW, pada Februari 2014, Presiden Ukraina pro Moskow Viktor Janukovich digulingkan dari kekuasaan oleh protes massal di ibukota Kiev. Sebelumnya, Janukovich menolak menandatangani perjanjian asosiasi Ukraina dan Uni Eropa atas tekanan Rusia. Penolakan itu membangkitkan kemarahan banyak warga yang sudah bergembira akan masuk Uni Eropa. Apalagi banyak tuduhan tentang korupsi para pejabat pemerintahan, termasuk Viktor Janukovich, yang akhirnya melarikan diri ke Rusia.

Rusia pun membalas dengan mengirim pasukan ke Semenanjung Krimea. Setelah menguasai Krimea, Rusia mengobarkan pemberontakan separatis di kawasan Ukraina Timur yang sebagian besar warganya berbahasa Rusia, yang dikenal sebagai wilayah Donbas, dengan mengirim persenjataan kepada kubu separatis.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut