Kalau kita cermati dalam al-Qur’an banyak ayat yang memperintahkan kesalehan itu harus sama-sama ( berjama’ah) tidak individu, artinya berbuat baik dan mengajak dengan uswatun hasanah, perilaku yang baik ini akan mempengaruhi seseorang yang pada akhirnya akan berdampak kesalehan pula bagi orang lain.
Dalam al-Qur’an banyak membicarakan tentang keimanan akan tetapi selalu dikaitkan dengan amal-amal shaleh yang tidak bisa dipisahkan, seperti surat al-kahfi ayat 88 yang berbunyi:
وَأَمَّا مَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَلَهُۥ جَزَآءً ٱلْحُسْنَىٰ ۖ وَسَنَقُولُ لَهُۥ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا
Artinya:
Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami".
Adanya Perintah sholih individu dan sholih sosial ini disebutkan dalam salahsatu hadist yang diriwayatkan oleh abi Hurairah r.a. yaitu:
من كان يؤمن بالله واليوم الأخير فلا يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم الأخير فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الأخير فليقل خيرا أوليصمت (رواه البخاري)
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia tidak menyakiti hati tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memulyakan tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya menghormati tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik kalau tidak bisa, hendaklah diam” ( HR. Bukhari).
Editor : Muhammad Andi Setiawan