Karena, menurut Sekretatis Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UMB ini, kurang dari dua tahun jelang Pilpres 2024 itu bukan waktu yang sebentar. Dan akan menjadi proses yang sulit bagi Anies jika tidak melakukan langkah-langkah taktis. Apalagi, kata Afdal, Anies itu bukan pemilik ataupun elite partai, belum jelas juga Anies akan mendapatkan kendaraan dari parpol mana.
Secara matematis, ada tiga kandidat yang memiliki tiket untuk maju di Pilpres 2024. Mereka yakni, Puan Maharani dari PDIP, Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto bersama PAN dan PPP di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), dan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan PKB. Hanya tersisa Nasdem, Partai Demokrat dan PKS, serta koalisi parpol nonparlemen.
Oleh karena itu, Afdal menyarankan agar Anies proaktif bergerak membentuk koalisi untuk kendaraannya, juga membentuk komunitas-komunitas pendukung di daerah hingga ke tingkat desa. Bagaimanapun, Anies memiliki modal sosial dari pendukungnya yang berasal dari basis massa Islam, meskipun tidak semuanya.
"Karena mereka ini punya modal sosial yang kuat, terutama kelompok-kelompok Islam, meskipun tidak utuh mendukung Anies. Tapi dari sekian ratus juta orang umat Islam itu, ada pendukung Anies," imbuhnya.
Selain itu, Afdal menambahkan, PR lainnya untuk Anies adalah melakukan komunikasi politik secara aktif dan luwes. Karena, kekurangan Anies adalah sosoknya yang selalu serius dan kurang luwes, tidak seperto Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK).
Meskipun RK juga tidak memiliki partai dan bukan orang partai, RK sangat luwes dalam berkomunikasi bahkan seperti tidak ada beban untuk bertemu dengan siapapun. Ditambah lagi dengan sosok RK yang mudah bergaul, mengikuti tren dan aktif di medsos, membuatnya semakin populer dan juga disukai. Dengan demikian, dia menuturkan, jika memang Anies serius untuk maju di Pilpres 2024, maka Anies harus melakukan berbagai hal untuk memoles political personal brandingnya.
Editor : Muhammad Andi Setiawan