JEDDAH,iNews.id - "Mbak Eka, maaf Bu Ribut minta diantar ke toilet. Tolong dibantu," ucapan permintaan bantuan dari seorang jamaah laki-laki itu membuat Eka Septianingrum tiba-tiba beringsut berbalik arah.
Dengan cepat, Eka pun lantas menemui Bu Ribut yang tengah duduk di bangku Paviliun Terminal Haji Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah tersebut dan menggandengnya keluar menuju toilet.
Pagi kemarin, di antara ratusan jamaah haji asal Kota Metro, Lampung yang memadati area paviliun, Eka memang tampak lebih sibuk.
Gadis ayu berkacamata ini bahkan aktif berkomunikasi dengan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk menanyakan jam boarding pesawat, tiket jamaah, bagasi dan lain sebagainya.
Eka memang bukan jamaah biasa. Di kloter 9 Embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) ini, Eka merupakan salah satu pimpinan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU).
Dengan berstatus pimpinan, maka Eka pun wara wiri untuk mengatur jamaahnya agar tetap terpantau dan tak terpencar. Apalagi sebagian jamaahnya berusia sudah tua dan memiliki penyakit bawaan, sehingga butuh perhatian tinggi.
Beberapa jamaah juga tampak tak mau berjauhan dengan gadis berusia 25 tahun ini. Ini karena Eka menjadi tumpuan utama jamaah karena merupakan Ketua KBIHU Nurul Muttaqin. Di KBIH ini, ada 25 jamaah yang tergabung.
"Alhamdulillah dari awal sampai jelang pulang ini semua bisa saya dampingi dengan baik. Saya lega dan syukur sekali," ujar Eka kepada KORAN SINDO, kemarin.
Eka memang begitu bersyukur. Tak hanya karena perjalanan hampir rampung dan tiba di kampung halaman, penyelenggaraan haji kali ini baginya adalah pengalaman sangat berharga. Ini karena meski berstatus pembimbing, haji kali ini sejatinya adalah yang pertama baginya.
Awalnya Eka pun tak menyangka harus menjadi pembimbing haji secepat ini. Selain belum sekalipun berhaji atau umrah, dia juga tak pernah membawa jamaah hingga jumlahnya mencapai puluhan orang.
Keberangkatannya ke Tanah Suci tahun ini adalah karena bentuk pertanggung jawaban ke jamaah selepas ayahnya, Ma'ruf Pujiono, meninggal dunia pada 2021 lalu.
Dia sendiri menurut nomor porsi baru akan berhaji pada 2024 mendatang. Namun Eka harus memenuhi undangan Allah untuk menunaikan rukun Islam kelima lebih cepat karena mengisi porsi dari ayahnya. "Bapak adalah pemimpin KBIHU. Karena bapak wafat saya mau gak mau menggantikannya dan harus siap," terang perempuan yang kini masih menjalani tugas akhir di Pascasarjana Universitas Aisyiyah Yogyakarta tersebut.
Eka adalah anak sulung dari empat bersaudara. Maka tak ada pilihan lain kecuali meneruskan KBIHU yang sudah dirintis ayahnya sejak 2006 itu Mendapat amanat dadakan ini, Eka tak ciut nyali. Dia mantap menggantikan posisi ayahnya. Untuk bimbingan atau manasik di Tanah Air, Eka menyiasati dengan mengundang petugas dari Kementerian Agama Kanwil Lampung dan sejumlah tokoh agama.
Kecekatannya dalam melakukan bimbingan ini membuat jamaah makin menaruh kepercayaan tinggi. Apalagi, di Tanah Suci, Eka juga tampak tak canggung mengurus jamaah untuk umrah sunat, pembayaran dam, tur dan lain sebagainya.
Bahkan, khusus tur di Jeddah, Eka memboyong 25 jamaahnya dengan naik kereta cepat dari Mekkah. "Kebetulan KBIHU kami punya tiga tim yang membantu selama jamaah di Tanah Suci, sebagian sepupu yang sudah lama tinggal di sini sehingga semua bisa lancar," kata alumnus jurusan kebidanan Universitas Malahayati Lampung ini.
Eka mengaku tak terlalu canggung. Apalagi sejak masa kuliah di Universitas Malahayati, dunia jasa travel telah mulai dijalaninya. Dengan memakai bendera Ari Tour, Eka mengaku telah beberapa kali membantu memberangkatkan pelancong backpacker. Tujuannya antara lain di Singapura, Hong Kong, Korea dan sebagainya. Bahkan dalam waktu dekat, Eka bakal memberangkatkan turis ke Turki.
Yang membuat Eka lebih bahagia, banyak jamaah haji senang atas layanannya. Karena selain memberi bimbingan ibadah dan wisata, dia juga membantu menjaga kesehatan jamaah. Keahliannya di bidang kebidanan membuat Eka banyak paham tentang bagaimana mengatasi sejumlah penyakit seperti kolesterol, darah tinggi, hingga diabetes mellitus.
"Bahkan saya bawa sendiri obat-obatan untuk membantu jamaah. Mereka sangat senang karena kapanpun bisa dimintai bantuan obat, konsultasi dan sebagainya," jelas Eka.
Tak hanya itu jamaah juga senang karena dia memberikan sejumlah bonus. Ongkos bus untuk mengambil miqat misalnya, sepenuhnya dia gratiskan. Eka pun tak meminta satu riyal pun uang living cost jamaah. Tiga titik miqat yakni Tan'im, Ji'ranah dan Hudaibiyah semuanya telah dirasakan jamaah. Belum lagi sejumlah destinasi wisata di Madinah dan Jeddah telah didatangi jamaahnya.
Baginya, biaya bimbingan yang dipungut dari jamaah saat di Tanah Air sudah cukup. Untuk itu, dia berkomitmen fokus memberikan pelayanan yang terbaik tanpa membebani jamaah. Selama ibadah di Tanah Suci pula, Eka memastikan tidak ada jamaah yang sangat kelelahan.
"Umrah sunat misalnya saya batasi maksimal lima kali. Ini demi menjaga agar jamaah bisa beribadah dengan khusyuk, senang dan sehat," terangnya.
Meski muda dan pengalaman pertama, bagi Eka tak ada yang terlalu berat untuk dijalani selama di Tanah Suci. Tantangan yang muncul adalah menjaga kesabaran karena adanya perbedaan pendapat di antara jamaah atau jamaah yang meminta pendampingan khusus lantaran sakit dan sebagainya.
"Tapi selama semuanya dilandasi pikiran positif, semuanya ada jalan keluarnya," tuturnya.
Pengalaman membimbing 25 jamaah tahun ini, diakui Eka, jadi modal kuat baginya membesarkan KBIHU peninggalan ayahnya. Apalagi, pada 2023 sudah ada 20 jamaah yang bergabung ke KBIHU Nurul Muttaqin Kota Metro. Selain itu, Eka juga makin mantap menyelenggarakan perjalanan umrah. "Saya ambil umrah setelah Agustus, agar ada waktu untuk istirahat," katanya.
Editor : Muhammad Andi Setiawan