Ya, Saudi saat itu adalah dunia dominasi laki-laki. Sehingga membayangkan adanya Rahaf-Rahaf seperti tahun ini adalah layaknya khayalan. Namun semua menjadi berubah ketika reformasi layanan yang merupakan bagian dari Visi Saudi 2030 dan dikobarkan oleh Pangeran Muhammad bin Salman benar-benar dijalankan. Tepat sejak 25 April 2016 itu, semuanya pun perlahan berubah.
Tak hanya pada potret Rahaf, haji tahun ini adalah sejatinya bagian tahapan Saudi menguji kekuatan Visi 2030-nya. Haji 2022 juga istimewa karena sarat dengan sejarah lantaran digelar di tengah pandemi Covid-19. Kita tahu, meski sudah ada tren melandai, Covid-19 hakikatnya belum benar-benar lenyap di muka bumi ini.
Namun faktanya, tantangan besar menghadapi Covid-19 ini tak lantas membuat Saudi ciut nyali. Dengan berani, pada 8 April lalu, pemerintah Saudi memproklamirkan dibukanya lagi pintu haji. Ini tentu bukan kebijakan mudah. Apalagi saat itu, Saudi baru saja bisa bernapas usai dihajar gelombang virus korona. Namun Saudi berketetapan hati. Haji dibuka dengan kuota 1 juta orang.
Rasanya sepanjang pandemi ini, belum ada negara berani membuat kebijakan yang tergolong ekstrem ini. Memang banyak negara akhir-akhir ini perlahan membuka pintu wisata bagi turis asing. Namun mempertemukan sekitar 1 juta orang dari berbagai negara dalam satu waktu dan tempat, jelas belum pernah ada.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait