Dalam bertempur, saat itu Soemardi yang berpangkat prajurit (sekarang tamtama) dibekali senjata pistol mitraliur. Suatu senjata otomatis yang bisa memuntahkan peluru beruntun meski kalibernya sama dengan pistol semi otomatic FN.
Dengan pistol mitraliur saat itu menurutnya sudah cukup meninggikan semangat bertempur, hanya saja ketika berhadapan dengan tembakan bren dan tembakan pesawat cocor merah semua pasukan pasti akan cari perlindungan.
Sayang diusianya ke-95 tahun pendengarannya sudah terganggu karena sejak menjadi Polisi Militer dia ditugaskan sebagai Bintara Perhubungan yang menangani pesan bersifat umum maupun rahasia dengan telegraph maupun morse. Suara mesin morse yang melengking tinggi telah mempengaruhi membran telinganya sehingga sulit mendengar suara pelan.
Tapi hebatnya, ingatan dan kondisi penglihatannya yang masih tajam. Secara fisik kondisi Soemardi juga sehat. Tanya resepnya, menurut Soemardi karena rajin membaca Alquran dan koran setiap hari.
"Tiap pagi sehabis salat Subuh saya sempatnya membaca Alquran, menjelang siang setelah sarapan saya lanjutkan membaca koran. Alquran membuat hati damai, nyaman dan tenteram sehingga Insya Allah akan menjadikan jiwa sehat. sementara Koran mampu menjaga dan menghindari pikun atau lupa," ujarnya.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait