Lalu muncul pertanyaan, kenapa kalimat pujian bisa masuk kedalam kekerasan verbal? Seorang perempuan yang mendengar kalimat itu dari seorang laki-laki yang dicintai dan disayangi olehnya dapat menjadi sebuah harapan untuk perempuan dan jika harapan ini tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi akan menjadi efek negative bagi diri perempuan tersebut.
Ketika apa yang dijadikan sebuah pengharapan tidak sesuai dengan kenyataan maka yang terjadi adalah perempuan kehilangan segala pengharapan yang ada dalam dirinya, terkait dengan orang yang selama ini dianggap 'rumah', perempuan yang kehilangan pengarapan itu akan merasa sendirian, merasa gagal, merasa dirinya buruk, merasa dirinya banyak kekurangan sehingga membuat tergangunya mental seseorang atau mental illness, hal ini sering disebut gangguan kesehatan mental yang mengacu dengan berbagai kondisi yang memengaruhi pikiran, perasaan, suasana hati, atau perilaku seseorang, kondisi ini bisa terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama.
Hal yang tidak disadari selama ini semua tercipta karena eufemisme atau penghalusan kata, bahwa kalimat yang keluar dari seorang yang mungkin tidak pernah terlintas dipikirannya akan menjadi bagian dari rusaknya mental tersebut.
Mental seorang perempuan itu paling terganggu saat perpisahan yang tidak dikehendakinya terjadi, perempuan harus sadar bahwa bukan kekerasan fisik saja yang berbahaya, bahkan kekerasan verbal dampaknya lebih mengerikan untuk masa depan dapat menimbulkan traumatis dari kejadian tersebut. Kekerasan verbal berupa kalimat-kalimat halus, kalimat-kalimat manis, kalimat-kalimat pengharapan yang diucapkan akan menjadi bumerang untuk diri seorang jika sudah terlalu larut dalam semua yang keluar dari mulut manisnya.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait