TNI AD sangat sukar mencari medan latihan, karena medan yang dipakai telah ditempati penduduk untuk mendirikan perumahan. Banyak medan latihan yang semula digunakan untuk latihan, bukan milik TNI AD. Untuk mencari medan latihan tingkat kompi saja, sudah sulit. Apalagi untuk tingkat batalyon atau brigade.
Lulusan Akademi Angkatan Udara (AMN) tahun 1963 ini berpendapat bahwa unjuk kemampuan memecahkan balok es atau setumpuk batu bata dengan tangan kosong yang dilakukan TNI tidak terlalu penting.Sesuatu yang jauh lebih penting ialah menyelenggarakan pemantapan latihan regu sampai tingkat brigade secara lengkap, untuk membentuk satuan militer yang tangguh dan profesional di medan tempur.
Sekembalinya ke Tanah Air, perhatian Sintong tertuju pada medan latihan militer, karena daerah latihan Pussenif telah berubah menjadi kampung atau fasilitas lainnya. Dengan demikian Sintong mengambil langkah untuk menggunakan medan latihan militer di Baturaja, Sumatera Selatan, yang pernah dirintis oleh Letjen TNI Gatot Subroto, Wakil KSAD.
Semula Sintong telah merencanakan Baturaja sebagai medan latihan Kopassus, tetapi kemudian ia menggunakannya sebagai daerah latihan Pussenif. KSAD Jenderal TNI Edi Sudradjat sangat berambisi mengembangkan medan latihan di Baturaja. Hampir tiap bulan KSAD didampingi oleh Sintong meninjau medan latihan di Baturaja yang dibuka lapangan terbang untuk pesawat Hercules.
Medan latihan di Baturaja sangat luas, mungkin selebar 40 sampai 50 km, sehingga dapat digunakan latihan tempur oleh pasukan berkekuatan satu brigade dengan dukungan kavaleri, artileri yang melakukan tembakan dengan menggunakan peluru tajam kaliber berat.
Batalyon di tiap Kodam dapat digilir melakukan Satihan tempur selama satu bulan di Baturaja, dengan diangkut pesawat Hercules. Tetapi sesuatu yang membuat Sintong kecewa, tampaknya pembangunan medan latihan militer di Baturaja tidak dilanjutkan lagi oleh TNI AD.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait