Mendengar kisah musda pun, Mamat semakin tak tahan, dan bercerita kebeberapa rekan donaturnya untuk membangi dan mencarikan anak asuhnya itu solusi yang baik, agar Musda tetap dapat bersekolah.
"Saya kabarin donatur saya, yang kebetulan salah satu donatur saya juga bagian dari awak media. Mendengar kisah adik Musda ini, siapa sih yang tidak geram. Apa lagi ini anak piatu loh. Dia diperlakukan begitu oleh pendidiknya yang seharusnya bisa memberikan kasih sayang," imbuhnya.
Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak Kaltim atau TRCPPA Menerima informasi tentang musda. Melalui awak media, Rina Zainun bersama Tim mendatangi sekolah tersebut.
Kedatangan Rina bersama awak media, mendapat respons yang kurang baik oleh pihak guru disekolah tersebut. Meski begitu, pihak sekolah tetap mempersilahkan Rina untuk masuk dan menjelaskan maksud dan tujuan mereka.
Saat menerangkan itu, pihak guru dan wali kelas Musda mengelak disebut mengusir Musda dari ruangan. Kondisi mediasi pun sempat memanas, saat salah satu guru di ruangan itu menyebut bahwa Musda merekayasa cerita
"Pembohong anak itu," celetuk guru yang di dengar oleh awak media.
Saat itu salah satu awak media pun sempat geram. Dan berharap guru lain dapat menghormati mediasi yang dilakukan oleh pihak TRCPPA dan wali kelas. "Kita tidak temukan hasil yang baik saat berdialog dengan wali kelas. Jadi kita menunggu kepala sekolah," kata Rina.
Tak selang beberapa waktu Kepala sekolah pun tiba. Dengan raut terkejut melihat TRCPPA, Kepsek meminta untuk dapat masuk ke ruangannya.
Saat mediasi bersama pihak Kepala sekolah, Keputusan pun diambil oleh kepala Sekolah Negeri 002, bahwa musda harus tetap belajar dan mengikuti ujian sekolah.
"Saya baru tahu ada kasus ini, wali kelas dan wali murid sama-sama belum pernah menghubungi saya," kata Sabran Kepala SdN 002.
Namun, saat mediasi bersama pihak sekolah, kericuhan kembali terjadi lantaran salah satu guru kembali datang dengan membentak di depan pintu ruangan kepala sekolah.
"Ada apa ini Pak Sabran?" cetus salah seorang guru dengan nada tinggi. Namun, celetukan tersebut tak digubris oleh Kepsek.
Sayangnya, saat itu musda dan Siti yang berada di luar ruangan kepsek kembali mendapat intimidasi oleh oknum guru itu. Dengan nada kasar dan menepuk pundak musda.
Saat itu lah kericuhan terjadi. Melihat hal itu, Mamat mengaku tak terima, dan akhirnya kondisi pun kembali alot. Meski begitu, perdebatan antara guru dan Mamat dapat dilerai.
Sementara itu, Kadisdik Kota Samarinda Asli Nuryadin, mengatakan pihaknya telah memanggil kepala sekolah dan guru yang melakukan pengusiran terhadap MF.
"Saya sudah memanggil kepala sekolah dan guru-guru, dan telah mendengarkan cerita mereka, artinya kita mengkoreksi diri, dan tidak ada salahnya kita minta maaf," ujar Asli Nuryadi saat dikonfirmasi.
Pihaknya pun berjanji akan memfasilitasi Musda untuk dapat mengikuti proses mengajar seperti biasanya.
"Saya sendiri sudah mendengar kondisi anak ini, dengan kondisi ini sudah seharusnya kita urus, dan tidak menghambat proses belajarnya, dan kami siap memfasilitasi seperti semula," ungkapnya.
Asli berharap, peristiwa tersebut tidak boleh kembali terjadi di sekolah-sekolah lain di Samarinda. Dan meminta guru-guru pengajar untuk dapat menjaga emosional kepada muridnya.
"Saya sendiri sebagai kepala dinas kalau menjadi guru melakukan salah atau hilaf, ya minta maaf lah, dan jagan emosional menghadapi murid-muridnya," pungkasnya
(aky)
Editor : Muhammad Andi Setiawan