Sumber daya alam ini dilihat sebagai peluang membangun industri baterai listrik jenis NCA (nickel manganese kobalt oxide) dan NMC (nickel manganese cobalt oxide) atau smelter forenikel. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita pun menyebut bahwa Indonesia akan menjadi pemain penting dalam mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik dunia.
Mengingat baterai listrik sendiri merupakan komponen yang sangat penting dari sebuah mobil listrik, yang berfungsi sebagai sumber energi untuk menjalankan mesin. "Kita punya nikel dan kobalt yang merupakan material penting untuk baterai litium. Potensi-potensi ini yang perlu kita optimalkan ke depannya," kata Menteri Agus Gumiwang dalam keterangan resminya.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang mengatakan bahwa pemerintah saat ini sudah semakin serius mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu sampai hilir. Salah satu caranya adalah melalui peningkatan investasi untuk memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri.
"Sudah banyak investor yang mengajukan proposal ingin berkontribusi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Misalnya ada industri yang ingin memproduksi baterainya, termasuk dari sektor otomotif," ungkapnya.
Dikatakan, beberapa investor di Indonesia akan memulai konstruksi pembangunan pabriknya dalam upaya mengolah nikel dan kobalt menjadi bahan baku baterai litium pada tahun 2022 ini. Pemerintah menargetkan pada tahun 2024 nanti mobil-mobil listrik yang diproduksi di Indonesia sudah menggunakan baterai listrik dan juga komponen-komponen penting lainnya yang diproduksi di sini.
Pada peta jalan industri otomotif nasional, ditargetkan sebanyak 20% kendaraan berbasis baterai listrik akan berseliweran pada tahun 2025. Ini seiring dengan upaya industri otomotif yang terus melakukan efisiensi untuk jenis teknologi Internal Combustion Engine (ICE), Hybrid, dan Plug-in Hybrid.
Editor : Muhammad Andi Setiawan