get app
inews
Aa Text
Read Next : 4 Jenis Ketombe Berbahaya serta Cara Menghilangkannya dengan Bahan Alami yang Mudah Ditemukan

Kilas Balik Perjanjian Salatiga

Sabtu, 19 Agustus 2023 | 15:19 WIB
header img
Sultan Hamengkubuwono I (sumber: GitHub)

SALATIGA, iNewsSalatiga.id - Salatiga, sebuah kota yang diam-diam menyimpan sejuta cerita, menjadi saksi bisu dari gelombang peristiwa yang membingkai perjalanan sejarah Indonesia. Salatiga telah melihat sejumlah babak dalam perjuangan melawan penjajahan sempat memecahkan Indonesia.

Dan salah satu babak yang paling menonjol adalah ketika peristiwa Perjanjian Salatiga terjadi pada tahun 1757. Salatiga menjadi panggung pertemuan antara VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan Kesultanan Mataram, yang mengawali lembaran baru dalam hubungan keduanya.

Penandatanganan perjanjian ini dilakukan di Gedung Pakuwon yang terletak di Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Dan kini telah menjadi bangunan cagar budaya yang masih dijaga kelestariannya.


Gedung Pakuwon

Latar Belakang
Perjanjian Salatiga diadakan untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi setelah perebutan kekuasaan yang mengakhiri Kesultanan Mataram. Konflik ini terjadi karena adanya perselisihan antara Pangeran Sambernyawa dengan Pangeran Mangkubumi (Hamengkubuwono I) setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti tahun 1755.

Pangeran Sambernyawa yang merasa diakhianati oleh Pangeran Mangkubumi dan melancarkan perlawanan terhadap VOC, Pangeran Mangkubumi, dan Pakubuwana III atas hasil dari Perjanjian Giyanti yang merugikannya.

Untuk meyelesaikan konflik tersebut, pada tanggal 17 Maret 1757 terjalinlah Perjanjian Salatiga yang melibatkan VOC dengan Kesultanan Mataram yang telah terpecah menjadi dua entitas: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Disamping itu, ada beberapa hal yang membuat VOC merasa harus mengadakan perjanjian ini, diantaranya adalah:

1. Persaingan Wilayah
Wilayah-wilayah pesisir dan perdagangan di Jawa Tengah memiliki kepentingan ekonomi yang tinggi karena perdagangan rempah-rempah dan sumber daya alam. Baik VOC maupun Mataram memiliki ambisi untuk mengendalikan wilayah-wilayah ini, sehingga memicu persaingan dan ketegangan.

2. Konflik Bersenjata
Persaingan antara VOC dan Mataram seringkali berujung pada konflik bersenjata yang merugikan kedua belah pihak. Ketidakstabilan dan ancaman terhadap perdagangan serta kehidupan masyarakat di wilayah tersebut menciptakan suasana yang tidak kondusif.

3. Perpecahan Mataram
Setelah keruntuhan Kesultanan Mataram, muncul dua faksi yang bersaing: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Keduanya saling berkompetisi untuk mendapatkan pengakuan dan kekuasaan di wilayah tersebut.

Editor : Muhammad Andi Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut