Laporan media lokal di Rio de Janeiro melaporkan bahwa dalam peristiwa yang terjadi pada Rabu (2/8/2023), seorang penguasa perdagangan narkoba dan seorang pengedar termasuk di antara 10 orang yang tewas. Empat lainnya mengalami luka-luka, termasuk seorang petugas polisi.
Polisi militer kota menyatakan bahwa operasi di Complexo da Penha, sebuah kumpulan pemukiman kumuh di utara kota, dimulai berdasarkan informasi intelijen yang mengindikasikan bahwa para pemimpin perdagangan narkoba akan mengadakan pertemuan di wilayah tersebut.
Saksi mata yang berada di lokasi melaporkan kepada media lokal bahwa mereka mendengar serangkaian tembakan dan bentrokan antara anggota geng bersenjata berat dan aparat polisi.
"tidak ada alasan bagi negara untuk terus mengubah kehidupan di pemukiman kumuh menjadi situasi neraka seperti ini", ujar Taliria Petrone, seorang anggota legislatif negara bagian Rio, mengutuk tindakan operasi ini.
Sehubungan dengan peristiwa tersebut, sekolah-sekolah di sekitar Complexo da Penha memutuskan untuk tidak mengadakan pembelajaran pada hari Rabu, sehingga sekitar 3.220 siswa terpaksa tinggal di rumah.
Upaya kunjungan rumah yang diatur oleh dinas kesehatan nasional juga harus ditangguhkan karena adanya permasalahan keamanan yang melanda wilayah tersebut.
Instituto Fogo Cruzado, sebuah organisasi yang menginvestigasi data kekerasan bersenjata di Brasil, menggambarkan tindakan penggerebekan tersebut sebagai "pembunuhan massal".
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah penggerebekan polisi di Rio, institut tersebut mengungkapkan bahwa telah terjadi 33 insiden serupa di kota tersebut sejak awal tahun ini, yang mengakibatkan total 125 orang meninggal dunia.
Editor : Muhammad Andi Setiawan