Dalam menjalani rutinitas kehidupan berumah tangga pastilah muncul rasa jenuh, dan hal itu adalah normal bagi pasangan suami istri. Namun, rasa jenuh harus diantisipasi dan disikapi dengan bijaksana agar tidak memuncak dan tumpah pada kata perceraian. Menarik untuk meminjam konsep mubadalah dalam problematika rumah tangga, bahwa faktor-faktor yang timbul dari adanya perselingkuhan adalah melupakan tujuan dari pernikahan itu sendiri yakni sakinah,mawadah dan rahmah.
Kemudian, tidak menerapkan prinsip-prinsip relasi suami istri dalam rumah tangga. Prinsip tersebut diuntai dalam 5 pilar konsep mubadalah, pertama komitmen pada ikatan janji yang kukuh sebagai amanah Allah Swt (mitsaq ghalizh), kedua prinsip berpasangan dan berkesalingan (zawaj), ketiga perilaku saling memberi kenyamanan/kerelaan (taradh),dan kelima kebiasaan saling berembug bersama (musyawarah).
Bukan berarti fenomena yang terjadi menjadi momok yang ditakuti oleh pasangan suami istri. Sehingga keduanya merasa beban dalam membina rumah tangga, merasa khawatir dan was-was yang justru memicu ketidakpercayaan terhadap pasangan. Dari pemahaman ilmu dan konsep keluarga serta hikmah dari pengalaman orang lain menjadikan kita mawas diri dan lebih bisa mengambil sikap untuk diterapkan dalam melanggengkan hubungan keluarga.
Termasuk juga yang belum menikah, laki-laki dan perempuan yang menunda dan bahkan pobia melakukan perkawinan, harus percaya bahwa setiap orang memiliki kisahnya masing-masing. Sebab menikah bukan hanya sebatas kemauan, akan tetapi juga kemampuan. Perlu adanya kesiapan mental dan pondasi agama yang kuat untuk melangkah membangun sebuah hubungan rumah tangga. Banyak potret pasangan suami/istri yang berhasil dalam kehidupan berumah tangga.
Oleh : Linda Karmelia
Mahasiswa Pascasarjana HKI UIN Salatiga
Editor : Muhammad Andi Setiawan