Disinggung mengenai pendidikannya, Andre yang mengalami disabilitas fisik tersebut mengatakan awalnya ingin masuk ke fakultas kedokteran.
Akan tetapi pada saat itu, dijelaskan bahwa penyandang disabilitas fisik tidak diperkenankan untuk mengambil program studi kedokteran.
Dari situ, ia mencari jalan tengah agar bisa melanjutkan pendidikan tinggi yang sesuai minatnya. Akhirnya, ia pun memilih masuk ke program studi psikologi
Sebagai penyandan cereblal palsy, Andre mengaku kesulitan belajar karena adanya kekurangan antar aotak dan gerak tubuh yang tidak nyambung.
"Saya butuh usaha lebih dan harus fokus untuk menggerakkan tubuh,” kata dia lagi.
Beruntung, dia memiliki teman-teman kuliah yang mengerti dengan kondisi dirinya dan mau meminjamkan catatan perkuliahan, sehingga ia bisa menyelesaikan perkuliahan.
Begitu juga, dengan para dosennya di Universitas Tarumanagara juga mengerti dengan kendala yang dihadapinya.
Bahkan saat belajar pun, ia tak bisa mendengarkan dan mencatat materi sekaligus.
Harus fokus pada salah satu kegiatan. Dalam membaca pun, ia butuh 10 kali lebih lama dibandingkan mahasiswa lainnya.
Solusinya pun, ia merekam semua materi perkuliahan yang diberikan dosennya.
Sehingga, ia tak kesulitan dalam menempuh perkuliahan.
"Ke depan, saya akan melanjutkan pendidikan ke pendidikan profesi psikologi," jelas Andre yang saat ini fokus pada bidang psikologi olahraga itu.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait