Strategi ini berfokus pada tiga bidang topik utama. Meningkatkan efisiensi energi, memperluas penggunaan energi terbarukan dan mengamankan pemasok minyak dan gas non-Rusia.
"Kami membawa ambisi kami ke tingkat yang lebih tinggi lagi," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen saat dia mempresentasikan pembaruan tersebut pada briefing di Brussels, Belgia.
Rencana REPowerEU diperkirakan menelan biaya 210 miliar euro (Rp3.238 triliun) selama lima tahun ke depan.
Laporan Komisi menyoroti penghematan energi sebagai cara "termurah, teraman dan terbersih" untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar Rusia.
Pihaknya ingin memperbaiki cara bangunan berinsulasi, serta mendorong konsumen untuk lebih sadar akan penggunaan energi.
Pihak Komisi Ia juga berencana untuk mempercepat transisi dari boiler berbahan bakar fosil ke pompa panas listrik, yakni perangkat yang menyerap panas dari udara, tanah, atau air di sekitar gedung.
Rencana pengurangan konsumsi energi di UE juga dibuat lebih ambisius, dari rencana semula pemotongan 9% menjadi 13% pada 2030.
Blok tersebut telah mengalokasikan 113 miliar euro (Rp1.743 triliun) untuk "peningkatan skala besar dalam energi terbarukan" dan infrastruktur hidrogen baru.
Undang-undang Uni Eropa yang baru sedang diusulkan untuk mempermudah pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dan angin.
"Setiap kali kita berbicara tentang penyebaran cepat energi terbarukan, ada gajah di ruangan itu - mendapatkan izin," kata Frans Timmermans, wakil presiden Komisi Eropa.
"Mungkin butuh waktu selama sembilan tahun untuk angin dan hingga empat tahun untuk proyek surya, jadi ini adalah waktu yang tidak kita miliki dan kita harus mempercepatnya," tambahnya.
Komisi telah mengusulkan daerah-daerah "pergi-ke" yang ditunjuk secara khusus di mana izin dapat diberikan hanya dalam satu tahun. Bangunan baru tertentu juga dapat diminta untuk memasang panel surya di atap.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait