"Lebih tepat untuk menggambarkan potret dua periode pemerintahan Pak SBY adalah sebagai bapak demokrasi. Beliau adalah pribadi yang taat azas, pro reformasi, pro demokrasi dan senantiasa menjunjung tinggi konstitusi. Mampu menahan diri dari godaan mengutak-atik konstitusi untuk melanggengkan kekuasaan," tutur dia.
Hal ini menurut Kamhar amat berbeda dengan pemerintahan sekarang yang sejak awal periode kedua, sudah terbaca dan terasa nuansa untuk melanggengkan kekuasaan.
"Ketegasan Pak Jokowi dalam merespon manuver-manuver para pembantunya yang menjadi motor gerakan penundaan pemilu, perpanjangan masa jabatan presiden dan presiden tiga periode menjadi mata ujian penting," ungkap Kamhar.
Jika Presiden Jokowi tak mengambil sikap tegas atau melakukan pembiaran pada pembantu-pembantunya yang terlibat 'operasi politik' terorisme konstitusi ini, maka jika Ibu Megawati disematkan julukan sebagai Ibu Penegak Konstitusi, Pak Jokowi akan dicatat sejarah sebagai Bapak Makar Konstitusi.
"Pak Jokowi akan menghidupkan kembali julukan yang pernah diberikan BEM UI sebagai The King of Lip Service. Karenanya Pak Jokowi mesti mengambil tindakan tegas. Tak bisa melakukan pembiaran," tutur dia.
Editor : Muhammad Andi Setiawan