JAKARTA, iNews.id - Salah seorang ilmuwan bidang Microbiology dan Agroecology Dr. Nico Wanandy, peneliti asal Indonesia dari University of New South Wales Sydney, School of Biotechnology and Biomolecular Science mengatakan bahwa untuk menjaga nexus kehidupan maka kesehatan tanah memainkan peranan sentral.
Menurutnya, kesuburan tanah dapat memberikan dampak yang luar biasa untuk kehidupan sosio-ekonomi juga dalam pencegahan perubahan iklim, termasuk perekonomian masyarakat.
"Apalagi untuk negara agraris yang memiliki kekayaan alam, seperti Indonesia," katanya dalam keterangan resminya saat webinar bertajuk Save Soil, Selamatkan Tanah beberapa waktu lalu.
Dia menyebutkan, bahwa di India penghasilan petani sempat mengalami penurunan di bawah rata-rata. Kemudian, pemerintah India menggalakan praktik agrikultur yang mempromosikan kesehatan tanah, dan hasilnya penghasilan petani meningkat hingga 230 persen.
Lebih jauh terkait peranan tanah dan ketersediaan air, kata Nico, peningkatan 1 persen dari materi karbon di lapisan atas tanah bisa meningkatkan kapasitas tanah dalam menampung air sebesar 180,000 galon per hektar.
Air yang tersimpan di dalam tanah, merupakan sumber dari 90 persen produksi pertanian dunia. Selain itu, menyumbangkan tidak kurang dari 65 persen kebutuhan air bagi manusia khususnya.
"Jika kita mampu meningkatkan kandungan karbon organik dalam tanah 0,4% setiap tahunnya, dapat membantu mengurangi resiko bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai. Jadi secara holistik, pembangunan berkelanjutan, transisi energi bersih, soal pangan dan ketersedian air, semua kembali ke tanah," tuturnya.
Sementara itu Dewan Pertimbangan Kadin, Melli Darsa menambahkan, bahwa saat ini sudah tidak bisa dipungkiri langkah dunia ke depan haruslah langkah yang sejalan dengan prinsip ekologi.
“Ekosistem dan strategi pembangunan peradaban dunia ke depan, harus seimbang antara, ekonomi, kemanusiaan, dan ekologi. Sayangnya pada saat kemarin di COP26 Glasgow, aspek ekologi tidak diangkat secara holistik khususnya tentang resiko kepunahan tanah," terangnya.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait