Pada Sabtu, pesawat meninggalkan Istanbul menuju Moskow dan pada Minggu melakukan perjalanan ke Bandara Ben-Gurion. Satu jet 787 Dreamliner, juga terdaftar milik Abramovich, terlihat bergerak antara Moskow dan Dubai pada awal Maret.
Selain itu, satu helikopter milik miliarder itu terlacak melintas di sekitar pulau-pulau di Bermuda pada akhir Februari. Israel telah mengatakan akan mencegah oligarki Rusia yang disetujui oleh AS untuk menjaga pesawat dan kapal pesiar mereka di Israel, tetapi otoritas tidak dapat menghentikan Abramovich memasuki negara itu.
Abramovich mengambil kewarganegaraan Israel pada 2018 setelah Inggris menolak memperbarui visanya di sana pada 2018, di tengah perselisihan diplomatik antara London dan Moskow. Dia terus memiliki Chelsea, tetapi mencoba menjual tim itu akhir bulan lalu setelah menjadi jelas bahwa dia kemungkinan akan menjadi sasaran sanksi.
Pada Kamis, London memukulnya dengan pembekuan aset dan larangan perjalanan sebagai bagian dari sanksi baru pemerintah Inggris yang menargetkan tujuh oligarki Rusia. Sanksi itu membekukan kemampuannya untuk menjual Chelsea. Pemerintah Inggris memperkirakan kekayaan bersih Abramovich sebesar 9,4 miliar poundsterling atau USD12,2 miliar.
Abramovich adalah donor utama untuk sejumlah tujuan wisata di Israel, termasuk memorial dan museum Holocaust Yad Vashem di Yerusalem. Situasi ini telah menempatkan Israel dalam posisi sulit karena harus mematuhi sanksi AS dan Uni Eropa sambil berusaha menjaga hubungan baik dengan beberapa donor terkemuka untuk tujuan Yahudi dan Israel.
Yad Vashem mengumumkan pekan lalu bahwa mereka menangguhkan “kemitraan strategis” yang baru diumumkan dengan Abramovich, beberapa pekan setelah dikatakan bahwa dia telah menjanjikan “sumbangan delapan digit” untuk memperkuat upayanya di bidang penelitian dan peringatan Holocaust.
Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik, Victoria Nuland, mengatakan pada Jumat bahwa Israel harus ikut serta dengan sanksi Barat, dan melarang oligarki Rusia. “Anda tidak ingin menjadi surga terakhir bagi uang kotor yang memicu perang Putin,” tegas Nuland.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait