Perang Rusia - Ukraina, Begini Penjelasan Menhan Prabowo tentang Perang Generasi Keenam

Riezky Maulana
Perang Rusia vs Ukraina

Sebelumnya Prabowo mematahkan argumen seorang Jenderal TNI Angkatan Darat yang menyebut Indonesia tidak akan mengalami perang dalam kurun waktu dekat. Penegasan itu berkaca pada pengalamannya semasa menjadi Taruna Akademi Militer. 

Mantan Danjen Kopassus tersebut menceritakan, sehari sebelum pelantikan lulus Taruna, seorang jenderal dari Jakarta datang ke Lembah Tidar, Magelang. Di hadapan para Taruna, sang jenderal memberikan ceramah kepada para calon perwira. Intinya, jenderal tersebut meminta para Taruna rajin belajar. Tidak hanya ilmu militer tetapi juga sosial politik dan lainnya. Ini karena Indonesia, ucap jenderal tadi, tidak akan perang dalam kurun waktu 25 tahun ke depan.

“Dia bilang para calon perwira sekalian dalam analisa kami Indonesia tidak akan perang dalam 25 tahun yang akan datang. Karena itulah para taruna sekarang lebih baik belajar. Belajar sospol, belajar ini dan itu. Bener enggak itu? Tentang dwifungsi, pokoknya enggak akan ada perang. Itu saya inget Desember tahun 1974,” tutur Prabowo di acara podcast Deddy Corbuzier, belum lama ini. 

Tetapi ucapan jenderal tadi meleset. Pada Desember 1975 pecah perang di Timor-Timur (kini Timor Leste). Pada Maret 1976, Prabowo yang telah selesai pendidikan kecabangan dasar, Para Komando dan lainnya bahkan diterjunkan dalam operasi di wilayah tersebut. 

“Bulan Maret saya tiba di Tim-tim. Belum satu tahun ramalan jenderal itu tidak benar,” ucap Prabowo. 

Berkaca dari pengalaman itu, lulusan Akmil 1974 ini menegaskan Indonesia harus selalu dalam keadaan siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Meskipun dalam kondisi damai, tidak berarti potensi terjadi perang sama sekali tidak ada. 

Dalam buku Generasi Perang Keenam, Prabowo menegaskan semakin tinggi teknologi alutsista, jarak medan perang semakin jauh alias tidak perlu lagi bertemu secara fisik. Daya jelajah rudal, misalnya, bahkan bisa menembus antarbenua. “Belum lagi semakin menguatnya perang siber, digital, artificial intelligence yang bergerak tanpa batas tapi memiliki dampak yang setara dengan senjata kinetik. Pendeknya, perang masa depan adalah perang berbasis kecanggihan teknologi (revolution in military affairs),” ucapnya. 

Hal senada dilontarkan mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Marsetio. Lulusan terbaik AAL 1981 ini menuturkan sekarang ini sejatinya sedang berlangsung perang dunia tanpa banyak yang menyadarinya. Bentuk perang yaitu non-contact warfare alias perang non-kontak.

“Dalam sejarah peperangan umat manusia, penggunaan senjata biologi berupa kuman dan virus bukan lah sesuatu yang baru karena telah digunakan sejak perang generasi pertama, bahkan jauh sebeum generasi perang modern,” tutupnya.
 

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network