Zapata menggambarkan peristiwa pembunuhan tersebut sebagai "tindakan kejahatan politik dengan motif terorisme" yang tujuannya adalah untuk mengganggu dan mengacaukan jalannya proses pemilihan yang dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 20 Agustus.
Sebelumnya, korban yang bernama Fernando Villavicencio, berusia 59 tahun, telah mengungkapkan bahwa dirinya telah menerima ancaman dari afiliasi kelompok kartel Sinaloa yang berbasis di Meksiko.
Kartel ini adalah salah satu dari banyak kelompok kejahatan terorganisir internasional yang saat ini aktif di Ekuador. Villavicencio menyatakan bahwa kampanye yang dia jalankan dalam konteks pemilihan merupakan ancaman bagi aktivitas kelompok-kelompok kriminal tersebut.
“Rakyat Ekuador menangis, dan Ekuador terluka parah,” kata Patricio Zuquilanda, penasihat kampanye Villavicencio, dikutip dari Time.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait