Dalam konteks menjaga ketaatan selama Sya’ban inilah kemudian Rasulullah SAW mengeluarkan hadits yang cukup terkenal. Diceritakan bahwa suatu ketika Nabi memberikan mauidhah kepada seorang lelaki yang ternyata adalah Abdullah bin Umar bin Khattab. Rasulullah SAW bersabda : “Jagalah lima perkara sebelum datangnya lima yang lainnya. Masa mudamu sebelum masa tuamu. Sehatmu sebelum masa sakitmu. Kayamu sebelum datang miskinmu. Kelonggaranmu sebelum waktu sumpekmu, dan hidupmu sebelum matimu“.
Demikianlah makna bulan Sya’ban bagi umat muslim sebagai momentum peringatan diri menjaga ketaatan kepada Ilahi. Sebegitu pentingnya hingga Rasulullah merumuskan dengan lima hal praktis yang cukup jelas.
Umat Islam di Nusantara biasanya menyambut keistimewaan bulan Sya’ban dengan mempererat silaturrahim melalui pengiriman makanan kepada para keluarga, kerabat dan saudara. Karena di kalangan umat Islam Nusantara bulan Sya’ban dinamakan sebagai bulan Ruwah, maka tradisi saling kirim makanan ini dinamakan sebagai Ruwahan. Tradisi ini menyimbolkan persaudaraan dan mempererat ikatan silaturrahim kepada sesama Muslim.
Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan hijriyah. Keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nishfu Sya'ban. Secara harfiah, istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya'ban atau tanggal 15 Sya'ban. Kaum muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah SWT, dan pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait