Bangsa inggris punya Harry Kane sebagai seorang striker mematikan sekaligus captain tim nasional negaranya. Benua Afrika memiliki Mohammed Salah. Stiker berkebangsaan Mesir yang menjadi tulang punggung club Liverpool dalam menjebol gawang lawan. Sementara Asia mempunyai Son Heung-min. Pemain asal Korea Selatan yang bersinar di club Inggris, Totenham Hospur. Indonesia juga mempunyai pemain-pemain kelas dunia, semacam Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaiman. Dunia juga pernah digemparkan dengan tendangan heroik salto Widodo Cahyono Putro. Sayangnya pada setiap kontes piala dunia, Indonesia hanya mampu sebagai penonton.
Hal yang perlu dicontoh dari pemain berusia 35 tahun itu adalah proses yang panjang menjadi seorang bintang. Ia belajar bagaimana bermain bola dengan para seniornya semacam Ronaldinho, Thiery Henry, Andreas Iniesta, Xavi Hernandes dan Charles Puyol. Semua ditekuni dalam satu club bola bernama Barcelona.
Melalui kepemimpinannya pula mampu mengesampingkan ego para pemain dalam rangka menjaga keutuhan tim yang dihuni oleh pemain-pemain kelas dunia, sehingga jalinan komunikasi menjadi intensif dan lebih efektif saat berada di dalam maupun luar lapangan. Setiap pemain merasa sama saat bertanding yakni berkolaborasi, bekerjasama secara utuh dan saling mendukung sebagai sebuah tim.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait