Gibah merupakan sifat tercela, sifat yang amat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Salah satu pekerjaan yang paling mudah di dunia memang mencari kesalahan orang lain. Sesunggunya suka gibah biasanya menjadi sifat si pemalas dan suka berburuk sangka pada orang lain, ‘hidup ingin senang, makan ingin kenyang, tidur ingin nyenyak, tapi maunya cuma ongkang-ongkang dirumah dan tak mau banting tulang.
Sesungguhnya orang senang gibah bukan ciri orang berhasil. Karena hanya orang gagal yang suka mencari kesalahan dan kebuntuan. Sementara, orang sukses senantiasa menemukan jalan untuk menggapai impiannya. Orang suka gibah adalah orang bermasalah, mengalami gangguan kepribadian (antisocial personality disorder) Orang suka gibah tak akan merasa bersalah atas tindakannya yang kurang menyenangkan yang dilakukannya ke orang lain. Orang suka gibah adalah orang yang tak suka kebenaran. Senang mencari pembenaran. Namun, walau merasa benar, ia tak akan terlihat benar. Orang gibah tahu dan paham intropeksi diri, tapi tak mengerti benar apa itu bercermin diri. Orang suka gibah adalah orang bebal, karena orang cerdas lebih sering berintropeksi diri dibanding mencari-cari kesalahan orang lain.
Apapun profesi kita, hendaknya jangan sampai menjadikan diri kita suka gibah. Karena orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain, hatinya akan buta, hati akan mati, badannya akan merasa letih, dan akan sulit baginya meninggalkan keburukan diri sendiri.
Sedangkan istilah kritikus pada umumnya merujuk kepada seseorang yang memiliki keahlian dalam menyampaikan pertimbangan, melakukan pengkajian dan pembahasan tentang baik atau buruknya sesuatu. Dalam menyampaikan gagasannya dengan cara bijakasana, tidak menjustifikasi didepan orang banyak, kritikus biasanya menuangkan dalam tulisan, tapi kadang juga disampaikan melalui diskusi, seminar, atau wawancara dan lain sebagainya.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait