"Jokowi lima tahun pertama sebelum pandemi saja hanya mampu menurunkan 2,93 juta jiwa penduduk miskin, atau rata-rata hanya 586 ribu jiwa per tahunnya. Kelihatan kan mana yang lebih baik? Belum kalau kita buka data pasca pandemi," ungkap Herzaky.
Ia mengungkapkan di era tersebut pemerintahan SBY mendapatkan warisan 36,15 juta jiwa penduduk miskin dari era Ibu Mega tahun 2004. Namun dengan keberpihakan Pemerintahan SBY kepada rakyat, jumlah penduduk miskin bisa turun hingga 27,72 juta jiwa pada tahun 2014.
"Sedangkan Jokowi selama lima tahun sebelum pandemi saja, hanya mampu menurunkan kemiskinan menjadi 24,79 juta jiwa di 2019," kata Herzaky Mahendra Putra.
Indikator keempat kata Herzaky adalah terkait pengangguran. Ia mengaku heran pemerintah mengklaim berhasil menurunkan pengangguran sebanyak 140 ribu orang selama lima tahun di era pemeritahan Jokowi, atau rata-rata 28 ribu per tahun.
Dari 7,24 juta jiwa di tahun 2014 peninggalan SBY, menjadi 7,1 juta jiwa di 2019 era Jokowi. "Pak SBY selama 10 tahun berhasil menurunkan angka pengangguran sebanyak 3,01 juta jiwa, alias 301 ribu per tahunnya. Rata-rata 301 ribu era SBY yang tidak lagi menganggur dibandingkan 28 ribu era Jokowi per tahunnya, itu lebih tinggi mana ya," ucap Herzaky dengan nada bertanya.
Kemudian Herzaky melihat indikator kelima yakni terkait pendapatan per kapita rakyat. Di era SBY dan Demokrat berkuasa selama 10 tahun juga meningkat drastis.dari US$ 1.150 di tahun 2004 menjadi US$ 3.491.
"Itu naik Tiga kali lipat! Era Jokowi, delapan tahun berkuasa saja hanya mampu menaikkan menjadi US$ 4.349," lanjutnya.
Indikator keenam kata Herzaky adalah besarnya peningkatan APBN. Ia melihat semua kesuksesan saat ini diwujudkan pemerintahan SBY dengan warisan APBN yang minim dari pemerintahan Megawati sebesar Rp427 Triliun.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait