"Saya bilang kita jalani aja dulu," kata Deviana yang berarti menyambut cinta Kak Seto. Perbedaan usia yang cukup jauh tak menghalangi keduanya menjalin ikatan cinta.
Deviana yang rajin menonton acara Taman Ria Anak-Anak di TVRI melihat Kak Seto sebagai sosok guru yang baik. Sebagai seorang gadis ia menyukai pria matang. Deviana yang yatim sejak SMP mendapatkan figur ayah dalam diri kekasihnya itu.
Gaya berpacaran Kak Seto dan Deviana berbeda dengan orang umumnya. Kak Seto sering mengajak Deviana ikut dalam kegiatan bersama anak-anak. Tak hanya di Jakarta, Deviana ikut hingga ke pelosok-pelosok. Selain untuk mengetahui kepribadian sang pujaan hati, kegiatan bersama anak-anak juga dijadikan sarana Kak Seto mengajari Deviana tentang gambaran hidup susah.
Selepas SMA, Deviana lalu diarahkan Kak Seto untuk kuliah di Universitas Tarumanegara. Tak hanya mengarahkan, Kak Seto juga membantu administrasinya. Bahkan, peraih The Golden Balloon Award dari World Children’s Day Foundation & Unicef (1989) ini mengupayakan Deviana masuk kuliah tanpa mengikuti kegiatan Masa Prabakti Mahasiswa (Mapram).
"Cinta itu simpati karena ketertarikan, ingin sharing, saling percaya, ingin saling berkorban, itulah makna cinta," ujar Kak Seto.
Satu tahun pacaran sudah cukup bagi Kak Seto untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Ia pun mengajak Deviana menikah. Tanpa ragu, Deviana bersedia membangun rumah tangga dengan Kak Seto. Kematangan kekasihnya telah membuat Deviana tak bisa pindah ke lain hati.
"Allah Maha Baik. Dia mengabulkan harapan-harapan saya," kata Deviana.
Keinginan menikah juga mendapat restu kedua keluarga. Saking senangnya, Kak Seto kemudian bernazar dirinya akan mendongeng di hadapan anak yatim piatu pada hari pernikahan. Tepat pada 10 Januari 1988, hari bahagia itu tiba. Kak Seto dan Deviana mengucapkan ijab kabul pernikahan di Masjid Sunda Kelapa dilanjutkan dengan resepsi di rumah Deviana dengan adat Jawa.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait