"Artinya, Rp502 triliun itu dihitung dengan asumsi sesuai dengan APBN yaitu volumenya 23 juta kiloliter. Harganya (asumsi harga ICP) USD100, kursnya 14.450 (rupiah per dolar AS)," ucap Sri Mulyani.
Bendahara negara itu memaparkan, meskipun ada tren penurunan harga minyak mentah di pasar global sejak Juli lalu, tapi harganya masih di kisaran atas USD100 per barel.
"Tapi minyak itu kan naik turun antara USD100, USD106, USD102 begitu," kata dia.
Menurut Sri Mulyani, hanya ada dua upaya yang bisa dilakukan pemerintah selain menaikan harga BBM bersubsidi. Dua langkah itu adalah pembatasan konsumsi Pertalite dan Solar, atau menambah anggaran subsidi.
Soal langkah apa yang akhirnya dipilih pemerintah, Sri Mulyani mengatakan masih berkoordinasi dengan sejumlah kementerian terkait, juga dengan pihak PT Pertamina (Persero) maupun PT PLN (Persero).
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait