Napak Tilas Guru Bangsa Kiai Sholeh Darat, Sang Guru Pendiri NU-Muhammadiyah

Tim iNews.id
Perjalanan pendidikan sang guru bangsa Kiai Sholeh Darat, (Foto : kampusnesia.com)


Berlanjut kepada Ahmad Bafaqih Balawi demi mengkritisi kajian Jauharah At-Tauhid buah karya Syekh Ibrahim al Laqani dan Minhaj al Abidin karya Al Ghazali.

Masih di Semarang, kitab Masa’il as-Sittin karya Abu al-Abbas Ahmad al-Misri, sebuah depiksi tentang ajaran dasar Islam populer di Jawa sekitar abad ke-19 dicernanya dengan tuntas dari Syekh Abdul al Ghani.

Tidak pernah puas, haus ilmu, itulah sifat setiap ulama. Demikian pula beliau, nyantri kepada Kiai Syada’ dan Kiai Murtadla pun dijalaninya yang kemudian menjadikannya sebagai menantu. Setelah menikah, Kiai Sholeh Darat merantau ke Makkah.

Di Tanah Haram, dia berguru kepada ulama-ulama besar, antara lain Syekh Muhammad al Muqri, Syekh Muhammad ibn Sulaiman Hasbullah al Makki, Sayyid Ahmad ibn Zaini Dahlan, Syekh Ahmad Nahrawi. Kemudian Sayyid Muhammad Salen ibn Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi, Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami, Syekh Yusuf al Mishri, dan lain-lain.

Berkat kecerdasan, kealiman, dan keluasan ilmu serta kemampuannya, akhirnya Kiai Sholeh Darat mendapat ijazah dari beberapa gurunya untuk mengajar di Makkah.

Selama di Makkah, Kiai Sholeh didatangi banyak murid, terutama dari kawasan Melayu-Indonesia. Beberapa tahun kemudian Kiai Sholeh Darat kembali ke Semarang karena ingin berkhidmat kepada Tanah Air. Dia kemudian mendirikan pesantren di kawasan Darat, Kota Semarang.

Oleh karena itu, dia dikenal sebagai Kiai Sholeh Darat. Kepada murid-muridnya, Kiai Sholeh Darat selalu menganjurkan agar mereka giat menuntut ilmu. Menurut beliau, inti Alquran adalah dorongan kepada umat manusia untuk menggunakan seluruh potensi akal budi dan hatinya guna memenuhi tuntutan kehidupan dunia dan akhirat.

Beberapa santri seangkatannya antara lain KH Muhammad Nawawi Banten (Syaikh Nawawi Al Jawi) dan KH Cholil Bangkalan. Sepulang dari Makkah, Muhammad Shaleh mengajar di Pondok Pesantren Darat milik mertuanya KH Murtadlo.

Semenjak kedatangannya, pesantren itu berkembang pesat. Di pesantren inilah lahir ulama-ulama seperti Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari sang pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Haji Mahfuz Termas yang pakar hadis dan pendiri Pesantren Tremas Pacitan.

Kemudian ada KH Ahmad Dahlan sang pendiri organisasi Muhammadiyah, KH Idris pendiri Pesantren Jamsaren Solo, KH Sya’ban sang ahli ilmu falak yang tersohor, KH Bisri Syamsuri, dan KH Dalhar.

Artikel ini telah tayang di jateng.inews.id dengan judul " Kisah Perjalanan Nyantri Kiai Sholeh Darat, Waliyullah Guru Pendiri NU-Muhammadiyah ", Klik untuk baca: https://jateng.inews.id/berita/kisah-perjalanan-nyantri-kiai-sholeh-darat-waliyullah-guru-pendiri-nu-muhammadiyah/4.
 



Editor : Muhammad Andi Setiawan

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network