Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
حَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
a hasiban-naasu ay yutrokuuu ay yaquuluuu aamannaa wa hum laa yuftanun. wa laqod fatannallaziina ming qoblihim fa laya'lamannallohullaziina shodaquu walaya'lamannal-kaazibiin
Artinya:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabut: 2-3)
Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam, assami’ (السَّمِيعُ) Dzat Yang Maha Mendengar segala suara, pembicaraan hingga bisikan terhalus di dalam hati manuia. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw, yang telah membimbing manusia kejalan Muttaqin.
Kebahagiaan sejatinya bukan berasal dari luar diri manusia, akan tetapi kebahagiaan datang dari dalam diri manusia. Kebahagiaan yang datangnya dari luar diri manusia, kerap kali hampa dan palsu atau bujukan belaka. Ketika manusia yang mensandarkan kebahagiaan pada hal-hal yang berasal dari luar diri acapkali merasa ia akan ragu, kecewa, cemburu, dan juga putus-harapan ketika sedang terpuruk atau ditimpa musibah juga ujian yang menimpanya.
Sebaliknya, manusia akan sangat gembira jika sedang dihujani kasih sayang Allah (Rahmat), dan lupa bahwa hidup ini bak roda yang terus berputar sampai batas waktu yang telah ditentukan, terkadang lupa bahwa kesenangan terletak di antara dua kesusahan, dan kesusahan terletak di antara dua kesenangan.
Editor : Muhammad Andi Setiawan