Berakhirnya bulan Ramadan ada yang senang, biasa saja, dan ada pula yang bersedih. Berakhirnya Ramadan artinya berpisah dengan bulan yang penuh barokah, bulan yang penuh rahmat dan ampunan Allah, serta bulan di mana banyak yang dibebaskan dari siksa neraka. Bagi orang yang beriman tentu akan bersedih karena bulan Ramadan adalah bulan yang dijanjikan dikabulkannya doa dan diampuni segala dosa.
Dalam bulan ini pula manusia selalu diingatkan tentang ibadah dan kebaikan, tadarus, salat malam, bersedekah, dan ibadah baik yang lain. Artinya menjaga komunikasi dengan Allah lebih mudah karena setiap hari dan setiap saat ada yang mengingatkan. Beberapa orang yang senang ditinggal ramadan beralibi bahwa itu sangat memberatkan dan merepotkan. Mereka harus berlapar-lapar, haus, dan juga tidak bisa bebas seperti biasanya.
Sementara bagi orang yang menganggap ramadan sebagai hal yang biasa-biasa saja karena mereka tidak mengerti tentang kehebatan ramadan. Mereka hanya tahu bahwa setelah ramadan akan disibukkan dengan keperluan Idul Fitri, seperti halnya mencari baju dan snack lebaran. Mereka lupa dan tidak tahu tentang esensi ramadan yang sebenarnya.
Bagi orang beriman, berakhirnya ramadan menjadi sebuah sikap untuk senantiasa berusaha menjaga konsitensi dalam beribadah. Kegiatan yang selama ini sudah dilakukan dan menjadi kebiasaan di bulan Ramadan harus tetap dijaga keberlangsungannya. Hal ini tentu tidak mudah. Sebagian orang mengatakan bahwa melaksanakan ibadah ramadan lebih mudah daripada mempertahankannya. “Maka ambillah pelajaran (dari semua ini), wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat” (QS al-Hasyr: 2).
Editor : Muhammad Andi Setiawan