RAMADAN akhirnya meninggalkan umat muslim diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Padahal untuk dapat bertemu harus menunggu satu tahun lamanya. Itu pun bila Allah masih masih mengizinkan dan memberikan umur yang panjang kepada setiap manusia. Dengan berakhirnya bulan Ramadan ini, berhenti pula orang untuk bisa berpuasa Ramadan. Padahal Ramadan merupakan bulan mulia dan istimewa bagi umat muslim yang beriman dan bertaqwa.
Semua orang menyambut datangnya 1 Syawal sebagai hari kemenangan. Kalimat tasbih, tahmid, dan takbir berkumandang diseluruh dunia. Negara Indonesia tentu tidak kalah meriahnya. Hampir setiap masjid, musola, bahkan ada yang berkeliling menyuarakan tasbih, tahmid, dan takbir tersebut. Orang Indonesia biasa menyebut dengan nama takbiran atau takbir keliling.
Pagi harinya umat muslim bertemu dan merayakan hari raya Idul Fitri. Mereka saling bersilaturahim, saling mengunjungi, meminta dan memberi maaf. Idul Fitri atau lebaran di Indonesia adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriah. Hari Raya Idul Fitri merupakan salah satu hari libur nasional di Indonesia yang bertujuan untuk merayakan berakhirnya bulan puasa Ramadhan. Hari Raya Idul Fitri sekaligus merupakan hari libur panjang bagi warga Indonesia, terutama yang memperingatinya lebaran.
Berakhirnya bulan Ramadan ada yang senang, biasa saja, dan ada pula yang bersedih. Berakhirnya Ramadan artinya berpisah dengan bulan yang penuh barokah, bulan yang penuh rahmat dan ampunan Allah, serta bulan di mana banyak yang dibebaskan dari siksa neraka. Bagi orang yang beriman tentu akan bersedih karena bulan Ramadan adalah bulan yang dijanjikan dikabulkannya doa dan diampuni segala dosa.
Dalam bulan ini pula manusia selalu diingatkan tentang ibadah dan kebaikan, tadarus, salat malam, bersedekah, dan ibadah baik yang lain. Artinya menjaga komunikasi dengan Allah lebih mudah karena setiap hari dan setiap saat ada yang mengingatkan. Beberapa orang yang senang ditinggal ramadan beralibi bahwa itu sangat memberatkan dan merepotkan. Mereka harus berlapar-lapar, haus, dan juga tidak bisa bebas seperti biasanya.
Sementara bagi orang yang menganggap ramadan sebagai hal yang biasa-biasa saja karena mereka tidak mengerti tentang kehebatan ramadan. Mereka hanya tahu bahwa setelah ramadan akan disibukkan dengan keperluan Idul Fitri, seperti halnya mencari baju dan snack lebaran. Mereka lupa dan tidak tahu tentang esensi ramadan yang sebenarnya.
Bagi orang beriman, berakhirnya ramadan menjadi sebuah sikap untuk senantiasa berusaha menjaga konsitensi dalam beribadah. Kegiatan yang selama ini sudah dilakukan dan menjadi kebiasaan di bulan Ramadan harus tetap dijaga keberlangsungannya. Hal ini tentu tidak mudah. Sebagian orang mengatakan bahwa melaksanakan ibadah ramadan lebih mudah daripada mempertahankannya. “Maka ambillah pelajaran (dari semua ini), wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat” (QS al-Hasyr: 2).
Semangat beribadah jangan sampai kendor dan luntur, meski bulan Ramadan berakhir. Janganlah menganggap hal itu sebagai penghalang niat ibadah. Perlu umat muslim tahu bahwa pintu kebaikan akan senantiasa terbuka agar dapat beramal kebaikan. Perbanyaklah amalan ibadah, berinfaq, dan sedekah untuk membantu meringankan saudara-saudara muslim yang hidupnya kekurangan.
Semua hal itu untuk menjaga keberlansungan komunikasi dengan Allah, sang pencipta manusia dan alam semesta. Kebaikan dan amalan yang dilakukan saat ramadan diharapkan dapat terus berlanjut di bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Mereka tetap dapat menjaganya dan mampu meningkatkan ibadah, baik wajib maupun sunnah agar lebih dekat dengan sang khalik, Allah Swt.
Selalu istiqomah menjaga ibadah. Istiqomah adalah usaha untuk menjaga perbuatan baiknya di jalan Allah Swt secara konsisten dan tidak berubah. Rasulullah bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit”.
Berakhirnya waktu ibadah di bulan ramadan ini, bukan berarti berhenti atau putus untuk melakukan berbagai amalan ibadah. Bagi umat muslim, dengan selesainya ibadah wajib yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun ini, menjadi tempat untuk meningkatkan segala bentuk amalannya. Tetap istiqomah menjaga komunikasi dengan Allah pasca ramadan.
Oleh : Marwanto, M.Pd
Dosen Bahasa Indonesia Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan FTIK
Editor : Muhammad Andi Setiawan