Ketika Invasi Rusia ke Ukraina dilangsungkan Masyarakat dunia digemparkan oleh kehadiran ribuan pasukan negara muslim Chechnya yang berangkat mendukung invansi Rusia.
Sebanyak 12 ribu tentara Muslim Chechnya berkumpul dan meneriakkan takbir di alun-alun ibu kota regional Grozny sebelum sebelum berangkat ke Ukraina untuk membantu pasukan Rusia. Lantas, siapakah Republik Chechnya, negara mayoritas Muslim yang menjadi sekutu Rusia ini?
Dikutip dari kanal YouTube Tawaf TV, Chechnya merupakan negara republik otonom, bagian dari Federasi Rusia. Letaknya berada di bagian timur Kaukasus Utara yang berbatasan dengan Ossetia Utara dan Ingushetia di bagian barat, Stavropol Krai di bagian Utara, Dagestan di Bagian Timur, dan Georgia di bagian Selatan.
Rusia mengklaim Chechnya sebagai bagian dari negaranya setelah berhasil menginvasi wilayah Kaukasus pada abad ke-18.
Luas negara Chechnya mencapai 17.300 kilometer persegi atau sedikit lebih luas dari Provinsi Sulawesi Barat. Sistem pemerintahan Chechnya adalah parlemen dan dipimpin oleh presiden yang dilantik Presiden Rusia.
Sebanyak 95 persen warga dari negara berpenduduk 1,5 juta jiwa ini merupakan pemeluk agama Islam. Dikarenakan dihuni mayoritas Muslim yang memegang teguh hukum dan tradisi Islam, maka di Chechnya tidak ada minuman beralkohol dan rokok, baik di restoran maupun hotel mewah.
Selain itu, banyak juga bangunan bernuansa Islam, seperti masjid dan kegiatan lainnya di sini. Bahkan, masjid terbesar di Eropa terdapat di Chechnya.
Pada 23 Agustus 2019, otoritas Rusia meresmikan masjid yang diklaim sebagai masjid terbesar dan terindah di Eropa. Masjid yang mampu menampung 70 ribu jamaah itu diberi nama Prophet Mohammed Mosque yang kini lebih dikenal sebagai Masjid Akhmad Kadyrov.
Saat ini Chechnya dipimpin oleh Ramzan Akhmadovich Kadyrov. Pria 45 tahun tersebut ditunjuk sebagai Presiden Chechnya pada 2007 saat masih berusia 31 tahun. Ia dikenal sebagai seorang Muslim yang taat dan telah menjadi hafiz Alquran.
Selain seorang hafiz, Ramzan Kadyrov juga selalu rajin berada di shaf ketiga saat ibadah Sholat Jumat. Hal ini dilakukan sebagai bentuk hormatnya kepada para habib dan ulama yang mengisi shaf pertama dan kedua.
Kadyrov sendiri adalah sosok yang tegas dan menentang segala bentuk paham radikalisme. Bahkan separatis ISIS pernah menghargai kepala Ramzan Kadyrov sebesar USD5 juta atau Rp71 miliar karena menentang mereka.
Editor : Muhammad Andi Setiawan