QUITO, inewsSalatiga.id - Transformasi Ekuador menjadi pusat perdagangan narkoba utama dan gelombang kekerasan selama tiga tahun ke depan mengakibatkan beban yang signifikan bagi negara tersebut setelah terjadinya pembunuhan seorang calon presiden (capres) yang selama seumur hidupnya berdedikasi untuk memerangi kejahatan dan korupsi.
Pihak kepolisian Ekuador mengumumkan penangkapan enam pria asal Kolombia pada hari Kamis (10/8/2023), terkait dengan penembakan terhadap Fernando Villavicencio pada hari sebelumnya di ibu kota negara, Quito.
Meski bukan merupakan kandidat utama dalam kontestasi pemilihan presiden, pembunuhan tersebut yang terjadi di tengah hari kurang dari dua minggu sebelum hari pemilihan, secara dramatis menggarisbawahi tantangan yang akan dihadapi oleh pemimpin Ekuador yang akan datang. Pemimpin tersebut dihadapkan pada tugas berat untuk menekan kelompok-kelompok geng dan kartel yang telah merenggut ribuan nyawa melalui aktivitas kejahatan mereka.
Berita mengenai penangkapan pria yang dikutip oleh The Associated Press mengindikasikan bahwa pria tersebut berhasil ditangkap saat bersembunyi di sebuah rumah di kota Quito.
Berdasarkan laporan tersebut, aparat penegak hukum berhasil menyita sejumlah barang bukti yang meliputi empat senapan jenis shotgun, senapan rifle kaliber 5,56 mm, amunisi, tiga granat, kendaraan bermotor, serta satu unit sepeda motor.
Meskipun laporan dari pihak kepolisian tidak secara tegas menyebutkan apakah pria tersebut merupakan anggota dari kelompok kriminal tertentu, Menteri Dalam Negeri Ekuador, Juan Zapata, yang mengkonfirmasi penangkapan beberapa individu asing tanpa merinci kewarganegaraan mereka, menjelaskan bahwa para tersangka memiliki keterkaitan dengan dunia kejahatan yang terorganisir.
Zapata menggambarkan peristiwa pembunuhan tersebut sebagai "tindakan kejahatan politik dengan motif terorisme" yang tujuannya adalah untuk mengganggu dan mengacaukan jalannya proses pemilihan yang dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 20 Agustus.
Sebelumnya, korban yang bernama Fernando Villavicencio, berusia 59 tahun, telah mengungkapkan bahwa dirinya telah menerima ancaman dari afiliasi kelompok kartel Sinaloa yang berbasis di Meksiko.
Kartel ini adalah salah satu dari banyak kelompok kejahatan terorganisir internasional yang saat ini aktif di Ekuador. Villavicencio menyatakan bahwa kampanye yang dia jalankan dalam konteks pemilihan merupakan ancaman bagi aktivitas kelompok-kelompok kriminal tersebut.
“Rakyat Ekuador menangis, dan Ekuador terluka parah,” kata Patricio Zuquilanda, penasihat kampanye Villavicencio, dikutip dari Time.
Editor : Muhammad Andi Setiawan