Dari pemetaan tersebut didapatkan hasil yaitu sebanyak 75 persen masjid berafiliasi ke Nahdlatul Ulama, 6,7 persen afiliasinya ke Muhammadiyah, 3,3 persen salafi serta 15 persen kelompok lainnya.
Selain itu dengan pemetaan ini dapat diketahui bahwa kondisi kehidupan keagamaan yang di Kota Cirebon cenderung kondusif. Ada juga untuk beberapa masjid yang memilih untuk berfiliasi lainnya adalah masjid BUMN dan SKPD yang cenderung masuk dalam masjid lembag pemerintah.
Hasil lainnya didapatkan bahwa latar belakang pengisi kajian yang memilih kategori lainnya diisi oleh berbagai kelompok keagamaan termasuk salafi di dalamnya.
"Beberapa masjid BUMN/SKPD di Kota Cirebon memberikan slot khusus untul narasumber dengan latar belakang salafi, beberapa masjid merasa keberatan dalam proses pemetaan masjid, terangnya.
Dalam rapat koordinasi pemetaan tersebut dihasilkan beberapa rekomendasi yaitu
1. Perlunya Pembinaan DKM dan Khotib Masjid di Kota Cirebon Berkaitan dengan pewujudan kehidupan keagamaan yang harmonis.
2. Meminta pada DKM agar turut serta mengontrol materi kajian keagamaan/ceramah yang cenderung bisa memicu konflik (misal maslaha Furuiyyah dan Kembali Quran Hadist/Bidah)
3.Meminta pada DKM agar bisa memberikan slot khusus untuk materi-materi yang berkaitan dengan Kebangsaan.
4. Meminta pada masjid-masjid BUMN/SKPD/Pemerintah agar tidak didominasi kelompok-kelompok tertentu dan lebih mengedepankan penceramah/pengkhutbah yang membawa misi keagamaan pemerintah
5. Perlunya Pembinaan Berkaitan dengan optimalisasi Fungsi Masjid secara lebih luas, baik dalam persoalan peribadatan, sosial dan ekonomi.
Dalam rapat koordinasi pemetaan tersebut turut hadir juga Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Cirebon, Saefudin Jazuli.
Editor : Muhammad Andi Setiawan